Dia adalah Ya'qub bin Ishak bin
Ibrahim. Ibunya
bernama Rifqah binti Bitwail, anak dari saudara Ibrahim.
Ya'qub sangat dikasihi oleh ibunya.
Ketika Ishak memanggil Ya'qub -sementara
ia menganggapnya sebagai 'Aishu- Aishu pun datang dibalut amarah. Karena Rifqah
khawatir bila Aishu berlaku kasar kepada Ya'qub, ia lalu menyuruhnya pergi
menemui pamannya, Laaban di Faddan Arom. Di sana ia tinggal dan melayani
pamannya sebagai mahar untuk menikahi putrinya, Rahil. Tapi pamannya
ingin menikahkannya dengan putrinya yang lain bernama Layya yang tidak
diinginkan oleh Ya'qub. Ia pun menceritakan hal tersebut kepada pamannya.
Pamannya kemudian berkata, "Kalau begitu, engkau harus melayaniku selama
10 tahun berikutnya untuk menikahkanmu dengan Rahil." Ya'qub setuju dengan
kesepakatan itu. Ia juga menikahi dua budak wanitanya, Zulfa dan Bilha. Dari
istri-istrinya itulah lahir seluruh putranya di Faddang Arom selain Benyamin.
Ia kemudian datang ke Palestina dengan harta dan kenikmatan yang sangat banyak.
Ia lalu menghadiahkan sebagian harta miliknya kepada saudaranya walau ia masih
takut bila saudaranya itu berlaku jahat kepadanya. Tapi Aishu menerima
kedatangannya dengan baik[1].
Putra-putra
Ya'qub
Nabi Ya'qub as. Memiliki 10 anak
laki-laki. Mereka adalah, Roubin, Syam'un, Lawi, Yahudza, Yasakir dan Zabulon.
Keenam anak nabi Ya'qub berasal dari istrinya, Layya, putra pamannya Laaban.
Adapun Yusuf dan Benyamin, berasal dari istri keduanya Rahil, yang juga adalah
putri pamannya, Laaban, atau adik dari Layya[2]. Laban lalu memberi dua wanita budak kepada kedua
putrinya yang telah dinikahi oleh Nabi Ya'qub. Budak pertama bernama Bilha
diberikan kepada Rahil, dan kedua bernama Zulfa yang diberikan untuk Layya.
Kedua budak wanita itu lalu dinikahi oleh Nabi Ya'qub dan masing-masing
melahirkan dua orang anak. Dari Bilha
lahir Naftali serta Dan, sementara dari Zulfa lahir Jad dan Asyir. Seluruh anak tersebut di atas lahir ketika ia masih di
Faddan Arom menggembalakan kambing-kambing pamannya Laaban sebagai mahar
pernikahannya dengan kedua putrinya, Layya dan Rahil. Ia lalu membawa keduanya
bersama putra-putranya –juga kambing-kambing pamannya sebagai upah kerjanya
selama setahun- ke bumi Kan'an. Kecuali Benyamin yang lahir di Kan'an. Selanjutnya
kita akan mengetahui kisah Ya'qub dengan Yusuf as.
Nabi Yusuf as.
A. Tujuan Kognitif yang Diharapkan dapat
diperoleh dengan mempelajari kisah ini:
1- Peserta mampu menyebutkan nasab Nabi Yusuf as.
2- Peserta mampu menyebutkan hukum syariat dalam menggabungkan
sebuah hukum dalam pemerintahan yang tidak menerapkan hukum Islam.
3- Peserta mampu menjelaskan pengaruh dari lingkungan dimana
Yusuf tumbuh semasa hidupnya.
4- Peserta mampu menjelaskan nilai meminta dan memberi maaf
kepada orang lain.
5- Peserta mampu memetik manfaat dari kebersihan jiwa
seorang pemuda.
6- Peserta mampu menjelaskan alasan Nabi Yusuf meminta
kekuasaan.
7- Peserta mampu menilai keutamaan bersyukur kepada Allah
Ta'ala atas nikmat-Nya.
8- Peserta mampu menyebutkan syarat-syarat yang dimiliki Nabi
Yusuf sehingga ia layak dengan kedudukan tersebut.
9- Peserta mampu meringkas kisah Nabi Yusuf as.
10- Peserta mampu memetik pelajaran dan bimbingan dari kisah Nabi
Yusuf as.
11- Peserta mampu menjelaskan secara ringkas sebab-sebab
hak persaudaraan Yusuf as.
12- Peserta mampu menerangkan urgensi dan pentingnya
kebebasan bagi setiap individu dan masyarakat.
13- Peserta mampu membandingkan antara lingkungan dimana
Yusuf tumbuh dengan rumah al-'Aziz
14- Peserta mampu menjelaskan urgensi akal dalam
membedakan antara kebenaran dan kebatilan.
15- Peserta mampu menjelaskan nilai dari cobaan dalam
mentarbiyah setiap individu, seperti dalam menghadapi berbagai kesulitan.
B. Tujuan Psikomotorik
1-
Peserta memiliki
respon yang baik dalam membaca kisah-kisah yang terdapat dalam al-Qur'an
al-Karim.
2-
Peserta memuji sifat 'iffah Nabi Yusuf as.
3-
Mencontoh dan meneladani Nabi-nabi Allah yang mulia
4-
Peserta membenci berbagai konspirasi, sifat dusta dan
khianat.
5-
Peserta lebih mengutamakan untuk menolong orang-orang
yang teraniaya dan melakukan pembelaan untuk mereka.
6-
Peserta memberi aprisiasi sangat tinggi atas keteguhan
Nabi Yusuf menghadapi bujukan dan godaan hawa nafsu.
7-
Peserta menyebarluaskan masyarakat yang rusak dan
membantu terjadinya kejahatan dan kerusakan.
8-
Mendukung diangkatnya orang-orang shalih menangani berbagai
masalah.
9-
Bersungguh-sungguh dalam memohon bantuan kepada Allah,
khususnya pada waktu yang sulit.
10- Lebih
mengutamakan redha Allah Ta'ala daripada redha selain-Nya.
11- Mampu memikul beban ujian di atas jalan Allah Ta'ala.
Tujuan Keterampilan:
1- Membaca kisah Yusuf as. dengan penuh kesadaran
2- Mendengar dengan seksama ketika surat Yusuf dibaca.
3- Berbicara tentang peran akhlak terpuji dalam menegakkan
kemuliaan umat.
4- Berbicara tentang kepemimpinan yang bijaksana dalam
menyelamatkan umat dari kebinasaan.
5- Berbicara tentang urgensi persamaan di antara ikhwah
dalam berinteraksi.
6- Menulis makalah tentang sarana untuk menangkal kerusakan
akhlak pada sebagian wanita.
7- Menulis makalah tentang sifat-sifat seorang hakim muslim
yang mencintai agamanya dan tulus melayani rakyatnya.
8- Mempelajari kisah Nabi Yusuf as. dalam beberapa tafsir
outentik.
Muatan Ilmiah
Nasab atau Garis Keturunannya
Beliau adalah Nabi Allah Yusuf bin
Ya'qub bin Ishak bin Ibrahim, sang kekasih Allah Azza wa Jalla. Beliau
adalah Nabi, putra seorang Nabi, putra Nabi dari putra Nabi. Dalam shahih Bukhari, Rasullah
saw. ditanya tentang manusia paling mulia. Beliau berkata, Yusuf Nabi Allah,
putra nabi Allah, putra nabi Allah, putra sang kekasih Allah[3]."
Nabi Yusuf as. adalah salah satu Nabi
dari bani Israil. Allah Azza wa Jalla menurunkan satu surat khusus dalam
Al-Qur'an al-Karim terkait dengan beliau, agar setiap orang dapat mentadabburi
isi dan kandungannya berupa hukum, nasehat dan etika.
Kami telah menyebutkan sebelumnya
tentang Nabi Ya'qub, ayah Yusuf as., bahwa dia berasal dari tanah Kan'an, bumi
Palestina. Memiliki 12 anak, dan yang paling mulia dan agung di antara mereka
adalah Yusuf as. Yusuf dan saudaranya, Bunyamin berasal dari satu ibu bernama
Rahil. Kematian sang ibu saat keduanya masih kecil, membuat Ya'qub sangat kasih
pada keduanya. Sebab kedua kecintaan Ya'qub kepada Yusuf, karena ia melihat
pada diri putranya tanda kemuliaan dan kecerdasan, dan masa depan cemerlang dan
keagungan dari sisi Allah Ta'ala.
Kisah Yusuf as. dimulai ketika dalam tidurnya
–saat masih kecil sebelum memasuki usia balig- ia menyaksikan sebelas bintang,
matahari dan bulan bersujud kepadanya. Ia lalu menceritakan mimpi tersebut
kepada ayahnya. Dari situlah Ya'qub mengetahui bahwa putranya kelak akan
mendapat kedudukan yang tinggi, mulia dan agung di dunia dan akhirat, dimana
kedua orang tua dan saudara-saudaranya akan tunduk kepadanya. Ia lalu
mengingatkan putranya agar tidak menceritakan mimpinya itu kepada
saudara-saudaranya, agar mereka tidak iri dan membuat tipu daya kepadanya.
Al-Qur'an yang mulia menunjukkan hal ini
dalam firman Allah Azza wa Jalla:
إذ قال يوسف لأبيه يا أبت إني رأيت أحد عشر كوكبا والشمس والقمر رأيتهم لي ساجدين قال يا بني لا تقصص رؤياك على إخوتك فيكيدوا لك كيدا إن الشيطان للإنسان عدو مبين
إذ قال يوسف لأبيه يا أبت إني رأيت أحد عشر كوكبا والشمس والقمر رأيتهم لي ساجدين قال يا بني لا تقصص رؤياك على إخوتك فيكيدوا لك كيدا إن الشيطان للإنسان عدو مبين
"(Ingatlah),
ketika Yusuf berkata kepada ayahnya: "Wahai ayahku, sesungguhnya aku
bermimpi melihat sebelas bintang, matahari dan bulan; kulihat semuanya sujud
kepadaku." Ayahnya berkata: "Hai anakku,
janganlah kamu ceritakan mimpimu itu kepada saudara-saudaramu, maka mereka
membuat makar (untuk membinasakan) mu. Sesungguhnya
syaitan adalah musuh yang nyata bagi manusia." (QS.
Yusuf: 4-5)
Ketika saudara Yusuf merasakan bahwa cinta ayah mereka terlampau berlebihan
kepada Yusuf dan saudaranya Benyamin, mereka pun iri pada keduanya. Mereka
bahkan berkata, "Sesungguhnya ayah kita berada dalam kesesatan yang
nyata." Mereka lalu berembuk untuk menyingkirkan Yusuf. Apakah dengan
membunuhnya atau membiarkannya berada di atas padang pasir agar dimangsa binatang buas.
Tapi kakak mereka yang paling besar, Yahudza menyarankan agar mereka tidak
membunuhnya, tapi cukup dengan melemparkan Yusuf ke dasar sumur pada sebuah
jalan yang sering dilalui oleh kafilah dagang. Mungkin saja mereka menemukan
dan mengambilnya ketika menimba air disumur itu.
Setelah sepakat dengan saran itu, mereka lalu menemui ayah mereka dan
bertanya, "Wahai ayah kami, apa sebabnya kamu tidak mempercayai kami
terhadap Yusuf, padahal sesungguhnya
kami adalah orang-orang yang
mengingini kebaikan baginya." Mereka lalu meminta agar memperknankan
Yusuf keluar bersama mereka untuk menggembala ternak, bermain dan
bersenang-senang. Ayah mereka menjawab, "Sangat berat bagiku bila ia
keluar bersama kalian. Karena saya khawatir ia dimangsa srigala, sementara
kalian lalai padanya."
Mereka kemudian berusaha menentramkannya dan berkata, bahwa kekhawatiran
ayahnya itu tidak mungkin terjadi, karena selain jumlah mereka yang banyak, mereka
juga akan selalu menjaga dan mengawasinya." Nabi Ya'qub akhirnya
mengizinkan mereka membawa. Ketika mereka keluar bersamanya, mereka pun
menjalankan rencana tersebut dengan membuang Yusuf ke dalam sumur. Mereka lalu
membiarkannya di sana
dan pulang ke rumah pada sore hari sebagaimana kebiasaan mereka.
Mereka lalu menemui ayahnya sambil menangis dan berkata, "Wahai
ayah kami. Waktu itu kami sedang berlomba
lari dan meninggalkan Yusuf bersama barang-barang kami. Ketika selesai dan
kembali ke tempat kami, kami sangat terkejut karena seekor srigala telah
memangsanya. Buktinya adalah, bahwa baju ini berlumur darah." Tapi baju tetap utuh dan tidak koyak. Akhirnya ayahnya
mengetahui bahwa berita tersebut tidak benar, dan apa mereka sampaikan bahwa
Yusuf dimakan srigala adalah cerita dusta yang dibuat-dibuat. Bagaimana mungkin
ia dimangsa srigala sementara bajunya tidak sobek? Namun Nabi Ya'qub tetap
bersabar seraya memohon pertolongan kepada Allah atas tipu daya dan makar yang
mereka lakukan[4].
Adapun Yusuf yang dibuang ke dasar
sumur, maka Allah Ta'ala telah menggiring kafilah dagang kepadanya. Seorang
dari mereka lalu diutus untuk mengambil air di sumur. Ketika ia memasukkan timba
ke dalam sumur dan mengangkatnya kembali, Yusuf pun bergelantungan di timba
tersebut dan berhasil ke luar dari sumur. Ketika orang itu melihat seorang anak
bergelantungan di timba, ia pun berteriak, "Oh, kabar gembira, ini seorang
anak muda!" mereka lalu mengambilnya dan berkata kepada manusia
bahwa Yusuf sebelumnya adalah seorang budak yang mereka bawa untuk dijual.
Ketika saudara-saudara Yusuf mengetahui
kafilah yang mengambil Yusuf, mereka segera menyusul dan berkata, "Ini
adalah sahaya milik kami, dan biarkan ia bersama kami." Mereka akhirnya
membelinya dengan harga murah, lalu membawanya ke Mesir dan menjualnya disana
kepada seorang pembesar Mesir bernama Qitfir bin Ruhaib. Dia adalah menteri
yang bertanggung jawab terhadap gudang kekayaan Mesir yang ketika itu dipimpin
seorang raja bernama ar-Royyan bin al-Walid. Seseorang dari yang berasal dari
masyarakat negeri tersebut.
Pembesar Mesir ini lalu berkata kepada
istrinya, " "Berikanlah kepadanya tempat
(dan layanan) yang baik, boleh jadi dia bermanfaat kepada kita atau kita angkat
ia sebagai anak." Adapun nama istri
pembesar itu adalah Ra'il, dan ada yang berkata, Zulaikha. Ia pun melayani
Yusuf dengan baik membuatnya hidup dalam rumah pembesar Mesir itu dengan
tenang, gembira dan bahagia. Allah Ta'ala kemudian mengajarkan padanya berbagai
pengetahuan sebagai bekal baginya untuk derajat kenabian. Ilmu yang diajarkan
kepadanya mengenai pemahaman terhadap berbagai situasi dan menyingkap arti
mimpi.
Ketika ia sampai pada usia dewasa –atau
empat puluh tahun, menurut sebagian besar pendapat- Allah memberinya hikmah dan
ilmu. Sehingga ia menjadi salah satu ulama yang arif bijaksana[5].
Kehidupan damai dan tenang yang selama
ini dirasakan oleh Nabi Yusuf, ternyata tidak berlangsung lama, karena istri
al-Aziz jatuh cinta padanya dan tak dapat menyembunyikan di hadapannya. Ia lalu
meminta kepada nabi Yusuf agar mau berzina dengannya. Namun Yusuf menolak, dan
Allah Azza wa Jalla melindunginya dari perbuatan keji itu. Ketika istri
pembesar itu meminta kembali, Yusuf lalu berusaha menghindar dan berlari menuju
pintu. Wanita itu pun mengeja dan menarik baju Yusuf hingga sobek.
Saat itu pula suaminya tiba dan berdiri
di pintu. Istrinya yang tidak menduga kehadiran suaminya segera menampakkan
diri sebagai wanita yang bersih dan menuduh bahwa Yusuf yang ingin berbuat keji
padanya. Yusuf berkata, "Dialah yang justru menggodaku untuk menundukkan
diriku (kepadanya)". Allah Azza wa Jalla lalu menampakkan
kekuasaan-Nya di hadapan pembesar itu bahwa Yusuf berlepas diri dari kekejian
itu, ketika seorang bayi yang berada di dekat lokasi itu dapat berbicara dan memberi
kesaksian bahwa apabila baju Yusuf sobek di depan, maka wanita itulah yang
benar, dan bila bajunya sobek di belakang, maka wanita itu dusta, dan Yusuf
terbebas dari tuduhan keji yang dilontarkan wanita tersebut.
Takkala suaminya melihat baju Yusuf sobek
di belakang, ia pun tahu bahwa istrinya dusta dan Yusuf benar. Namun ia ingin
agar peristiwa ini tidak menyebar. Ia lalu berkata kepada Yusuf, "Jangan
ceritakan peristiwa ini kepada siapa pun." Dan kepada istrinya ia berkata,
"Bertaubatlah atas dosa yang engkau lakukan, sesungguhnya engkau termasuk
orang yang bersalah."[6]
Ternyata peristiwa memalukan ini tidak dapat
ditutupi dan akhirnya diketahui oleh sejumlah wanita pembesar dan menteri
lainnya. Mereka pun memperbincangkan hal ini, dan mencela istri al-Aziz atas
perbuatan keji yang seharusnya tidak pantas ia lakukan. Ketika istri al-Aziz
tahu bahwa kasus tersebut telah merebak luas, ia pun mengundang mereka hadir
pada sebuah pesta di rumahnya. Dalam jamuan itu istri al-Aziz menyiapkan
buah-buahan dan pisau. Ketika para tamu undangannya sedang mengupas buah, ia
lalu menyuruh Yusuf masuk menemui tamu-tamu tersebut. Ketika mereka melihat
ketampanan dan keelokan wajah Yusuf, mereka pun takjub dan kagum sehingga tanpa
sadar tangan mereka terluka oleh pisau.
Ketampanan wajah Yusuf seakan menyihir
mereka, hingga mereka berkata, "Maha sempurna Allah, ini bukanlah
manusia. Sesungguhnya ini tidak lain hanyalah malaikat yang mulia."
Saat itulah wanita pembesar tersebut berkata kepada mereka, "Itulah dia
orang yang kamu cela aku karena (tertarik) kepadanya," Ia pun mengakui
bahwa dialah yang menggoda Yusuf, namun Yusuf menolak dan menjaga diri. Apabila
ia tidak melakukan apa yang saya inginkan darinya, niscaya ia akan dipenjarakan
dan termasuk orang-orang yang hina.
Para wanita itu lalu berkata kepada
Yusuf agar mematuhi perintah tuannya. Namun Yusuf menolak seraya berlindung
kepada Allah dan memohon kepada-Nya agar Ia singkirkan darinya tipu daya wanita
istri al-Aziz dan kawan-kawannya. Yusuf memohon, "Wahai Tuhanku,
sesungguhnya penjara lebih aku sukai daripada yang mereka inginkan
dariku." Allah Azza wa Jalla akhirnya mengabulkan doa Yusuf dan
menyingkirkan darinya tipu daya istri al-Aziz dan kawan-kawannya.
Al-Azis dan istrinya akhirnya memenjarakan
Yusuf selama masa tertentu, agar semakin sedikit orang yang berbicara tentang
kasus tersebut. Dan agar tampak di hadapan manusia bahwa Yusuflah yang telah
menggoda istri al-Aziz dan di penjara karena itu. Mereka pun memenjarakannya
secara zalim dan aniaya[7].
Ketika Yusuf dijebloskan ke dalam
penjara, dua orang pemuda juga di penjara bersamanya yang bekerja sebagai
pegawai raja. Pemuda pertama bertugas menyediakan minuman dan yang kedua
membuat roti untuk raja. Kedua pemuda
tersebut dijebloskan ke penjara karena dituduh telah melakukan tindakan
kejahatan. Pada suatu malam, kedua pemuda ini bermimpi. Pemuda yang bekerja
menyediakan minum raja melihat dirinya sedang memerah khamer dan menyediakannya
untuk tuannya. Sementara yang lain melihat dirinya membawa nampan keranjang berisi
roti di atas kepalanya. Lalu burung-burung berdatangan dan memakan roti
tersebut.
Ketika melihat Yusuf berada di dalam
penjara dan mengetahui sejarah perjalanannya, mereka pun kagum padanya atas
sikap istiqamah yang dimilikinya. Mereka lalu bertanya kepadanya tentang arti
mimpi mereka. Yusuf pun menafsirkan mimpi keduanya, yang kesimpulannya adalah,
bahwa yang bekerja menyediakan minuman raja, tak lama lagi ia akan bebas dan
keluar dari penjara serta kembali kepada pekerjaannya semula. Adapun pemuda kedua,
maka tuduhan itu akan ditetapkan atasnya, sehingga ia akan dihukum jilid dan
burung-burung akan berdatangan memakan bangkai tubuhnya dari kepalanya. Melalui
tafsiran mimpi itu, Yusuf mengajak keduanya agar beriman dan mentauhidkan Allah
Ta'ala, karena tak ada manfaat sedikit pun dalam menyembah patung dan berhala[8].
Ketika pemuda yang bekerja sebagai
pembuat minuman raja itu keluar dari penjara, Yusuf lalu meminta kepadanya agar
menyebutkan perkaranya dan kezaliman yang ia alami di hadapan raja. Semoga raja
mencabut tuduhan tersebut sehingga ia dapat bebas dan keluar dari penjara.
Namun pemuda itu lupa tentang Yusuf dan tidak menyebutkannya sedikit pun di
hadapan raja. Sehingga Yusuf tinggal cukup lama di dalam penjara. Ada yang
berkata selama tujuh tahun atau lebih[9].
Beberapa tahun kemudian, raja yang
memerintah Mesir ketika itu; ar-Rayyan bin al-Walid melihat dalam mimpinya
tujuh ekor sapi betina gemuk dimakan oleh tujuh ekor sapi kurus, dan ia juga
melihat tujuh bulir gandum yang hijau dimakan oleh tujuh tangkai bulir gandum
kering. Ia lalu bertanya kepada orang-orang terkemuka dari kaumnya dan
yang memiliki pengetahuan tentang mimpi tersebut. Namun mereka hanya berkata,
"Ini adalah mimpi yang kacau dan kosong, dan kami tidak memiliki
pengetahuan tentang tafsir mimpi."[10]
Ketika itulah pemuda yang bekerja
sebagai penyedia minuman raja mengingat Yusuf, dan dialah orangnya yang mampu
menafsirkan mimpi tersebut. Ia lalu berkata kepada raja dan pengawalnya,
"Saya sampaikan padamu orang yang mengetahui tafsir mimpi itu. Bawalah
saya menemui Yusuf." Orang itu dibawa menemui Yusuf. Ketika tiba di
hadapannya, ia pun menanyakan tentang mimpi itu, dan Yusuf dapat
menafsirkannya, yang kesimpulannya adalah, "Bahwa akan tiba masa tujuh
tahun yang subur, dan setelah itu tujuh tahun berikutnya dilanda kekeringan,
dan setelah itu tiba kembali tahun-tahun yang di dalamnya melimpah
kebaikan."
Maka untuk menghadapi semua ini,
hendaklah kalian menanam gandum selama tujuh tahun berturut-turut, dan apa yang
kalian peroleh dari hasil panen itu kalian simpan di dalam lumbung penyimpanan,
kecuali sedikit yang khusus untuk kalian makan. Karena setelah itu akan datang
tujuh masa berikutnya dimana negeri ini dilanda kekeringan, sehingga kalian
dapat makan dari apa yang pernah kalian simpan dahulu[11].
Ketika raja mengetahui keluasan ilmu dan
kecerdasan Yusuf as., pendapat dan pemahamannya yang kuat tepat, ia pun
memerintakan pegawainya untuk mengeluarkannya dari penjara dan menyuruhnya
menghadap ke hadapannya, agar ia dapat menganggkatnya sebagai pembantu istimewa
baginya. Ketika utusan raja datang menemuinya dan menyampaikan padanya titah
raja, ia berkata tidak akan keluar dari penjara sehingga menjadi jelas bagi
setiap orang tentang kasus yang dihadapinya, bahwa ia dipenjara secara zalim
dan aniaya. Dan sesungguhnya ia berlepas diri dari apa yang dituduhkan
kepadanya.
Karena itu pula, ia meminta kepada
utusan tersebut untuk kembali kepada raja dan meminta kepadanya agar bertanya
kepada para wanita, kawan-kawan istri dari al-Aziz tentang penyebab yang
membuatnya dijebloskan ke dalam penjara. Para wanita itu pun memberikan
kesaksian perihal kebersihan Yusuf. Ketika raja bertanya tentang hal tersebut,
mereka pun mengakuinya bahwa Yusuf tidak terkait dengan tuduhan itu, dan istri
al-Aziz itulah yang menggoda dan memintanya melakukan kekejian namun Yusuf
menolak dengan tegas permintaannya. Karena itu ia dijebloskan ke dalam penjara.
Ketika istri al-Aziz menyaksikan
realitas yang terjadi di hadapannya, ia akhirnya mengaku salah dan berkata, "Sekarang
kebenaran sudah jelas. Sayalah yang menggodanya agar menundukkan dirinya
kepadaku, dan sesungguhnya ia termasuk orang-orang yang jujur." Yusuf
berkata, "Yang saya inginkan dari proses investigasi ini adalah, agar
al-Aziz mengetahui bahwa saya tidak berkhianat kepadanya pada istrinya ketika
ia tak ada. Karena sesungguhnya Allah tidak meredhai tipu daya orang-orang yang
berkhianat. Yusuf lalu menambahkan, "Dan aku tidak membebaskan diriku
(dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada
kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku."[12]
Ketika jelas bagi raja bahwa Yusuf
bersih dari semua tuduhan itu setelah proses invetigasi selesai, ia berkata,
"Bawalah dia kemari, dan angkatlah ia sebagai salah satu dari pembesar
negaraku dan pembantu istimewaku."
Takkala Yusuf datang dan berbicara
dengannya, semakin jelas bagi raja perihal yang sebenarnya. Ia lalu berkata,
"Sesungguhnya kamu (mulai) hari ini menjadi seorang yang berkedudukan tinggi
lagi dipercayai pada sisi kami". Yusuf berkata, "Jadikanlah
aku bendaharawan negara (Mesir); sesungguhnya aku adalah orang yang pandai
menjaga lagi berpengetahuan". Maksudnya adalah, "Jadikanlah saya
sebagai penanggung jawab gudang-gudang tempat penyimpanan makanan yang masuk
untuk negeri ini sebagai perbekalan untuk rakyat. Karena saya tahu bagaimana
menjaga dan mendistribusikannya secara adil."
Hati raja menjadi lapang mendengar
ucapan tersebut. Ia juga merasa tenang dengan sifat amanah dan kebaikan prilakunya.
Raja lalu mengangkat Yusuf sebagai penanggung jawab manajemen gudang logistik
dan ia pun bebas bepergian ke seluruh penjuru negeri Mesir. Jalan kemana yang ia sukai sebagai orang terhormat dan
dimuliakan. Ada yang berkata bahwa, tak lama kemudian al-Aziz Qithfiir
meninggal dunia, raja lalu mengangkat Yusuf sebagai penggantinya dan
menikahkannya dengan istrinya, Zulaikha. Ia pun menjadi menteri yang jujur
sebagai kepercayaan raja.[13]
Ketika Yusuf diangkat sebagai pejabat,
apalagi sebagai penanggung jawab logistik rakyat dimana masa sulit dan musim
kering tiba, saudara-saudara Yusuf pun datang ke Mesir untuk mengambil
persediaan makanan. Ketika mereka masuk menemui Yusuf, ia pun mengetahuinya
bahwa mereka adalah saudara-saudaranya. Tapi mereka tidak mengenal bahwa Yusuf kini berdiri di hadapan mereka.
Mereka lalu meminta bekal makanan
kepadanya. Yusuf kemudian bertanya tentang kondisi dan jumlah mereka. Mereka
berkata, "Jumlah kami sebelumnya dua belas orang. Seorang dari kami lalu
pergi dan tinggallah saudara kandungnya bersama ayah kami." Ketika Yusuf
memberi persediaan makanan sebagaimana yang ia berikan kepada yang lain, yaitu
seberat beban seekor unta untuk setiap orang, ia berkata, "Bila kalian
datang lagi kemari tahun depan, kalian harus datang bersama saudara yang kalian
tinggalkan bersama ayah kalian. Tidakkah kalian melihat bahwa saya menjamu
kalian dengan baik sebagai tamu? Bila kalian tidak datang bersamanya kelak,
maka saya takkan memberi persediaan makanan seperti ini kepada kalian,
dan janganlah kalian sekali-kali mendekat kepadaku."
Mereka lalu berjanji akan berbicara
dengan ayah mereka tentang hal itu, dan kelak mereka akan datang bersama
saudaranya yang lain, insya Allah. Ketika mereka hendak pulang kembali, Yusuf
berkata kepada para pembantunya, "Masukkan kembali ke dalam karung makanan
mereka apa yang mereka bawa untuk harga makanan itu, sebagai jaminan bahwa
tahun depan mereka kembali bila mereka mengetahui bahwa harga dari makanan yang
harus mereka bayarkan ternyata dikembalikan[14]."
Setelah sampai di rumah, mereka lalu
meminta kepada ayahnya agar saudara mereka yang paling kecil, Bunyamin saudara
Yusuf, dibiarkan ikut bersama mereka kelak. Bila mereka tidak membawanya, maka
tahun depan mereka takkan diberikan bahan makanan. Ayahnya berkata, "Saya
tidak mungkin membiarkannya pergi bersama kalian sehingga kalian memberikan
janji tegas bahwa kalian akan membawanya kembali pulang kemari dengan selamat.
Kecuali bila kalian dibelit sebuah masalah yang membuat kalian tidak dapat
membawanya pulang."
Ketika anak-anak Nabi Ya'qub as. Membuka
harta bawaan mereka, mereka pun terkejut karena menemukan barang-barang yang
seharusnya mereka berikan kepada Yusuf sebagai harga dari bahan makanan yang
mereka peroleh. Mereka lalu berkata, "Wahai ayah kami, apa yang dapat kami
lakukan dari kebaikan yang dilakukan kepada kami? Bila kami membawa saudara
kami kelak, niscaya kami akan mendapatkan bahan makanan, sebagaimana yang kami
peroleh tahun ini. Dan itu adalah bagian untuk
saudara kami bila membawanya kelak."[15]
Pada tahun berikutnya, saudara-saudara Yusuf
pun datang bersama Benyamin, saudara kandung Yusuf. Mereka lalu masuk menemui
Yusuf untuk meminta bahan makanan. Ketika Yusuf melihat saudaranya, ia segera
mengajaknya pergi dan mengatakan padanya bahwa dia adalah saudaranya. Ia
berusaha menenangkannya dan berkata, "Jangan sedih dengan perlakuan
saudara-saudaramu itu kepadamu." Yusuf menyampaikan semua itu secara
sembunyi-sembunyi agar tidak diketahui oleh saudara-saudaranya yang lain.
Yusuf kemudian merancang strategi agar
ia dapat mengambil saudaranya dari mereka. Ia lalu menyuruh pegawainya agar
menyimpan sukatan –wadah buat menakar makanan- dengan sembunyi-sembunyi ke
dalam karung makanan milik saudaranya, Benyamin. Ketika mereka hendak
pulang, ia lalu memerintahkan seseorang menyeru mereka, "Wahai rombongan,
sesungguhnya kalian telah mencuri." Saat mendengar tuduhan tersebut,
mereka segera menemui orang yang berteriak itu dan berkata, "Kalian
kehilangan apa?" Mereka menjawab, 'Kami kehilangan sukatan milik raja, dan
barang siapa yang mengembalikannya kepada kami, maka baginya makanan sebanyak
beban seekor onta, dan kami menjamin itu untuknya."
Mereka berkata, "Demi Allah, kami
datang kesini meninggalkan negeri kami bukan untuk mencuri atau melakukan
kerusakan." Pembantu raja berkata, "Lalu apa balasan bagi orang yang
kami temukan sukatan raja padanya?" mereka berkata, "Siapa pun yang engkau temukan dari kami
telah mengambil sukatan milik raja, maka engkau berhak menahannya, dan
mengambilnya sebagai budak sahaya." Seperti itulah aturan yang berlaku
ketika itu.
Setelah mereka dengan tegas menyatakan
hal itu, mereka lalu memeriksa barang bawaan mereka. Para pembantu Yusuf
memeriksa barang bawaan mereka satu persatu. Ketika memeriksa barang milik
Benyamin, mereka pun menemukan sukatan pada barang bawaan miliknya. Yusuf
akhirnya mengambil saudaranya sendiri, Benyamin sebagai dasar atas aturan yang
mereka buat. Andai bukan karena itu, niscaya Yusuf takkan mungkin mengambil
saudaranya ke dalam aturan raja. Karena syariat yang berlaku ketika itu di
Mesir adalah, barang siapa yang ditemukan mencuri, maka dia harus dipukul dan
didenda dua kali lipat atas apa yang ia curi.
Ketika mereka menyaksikan sukatan raja dikeluarkan
dari barang milik Benyamin, mereka berkata, "Bila ia mencuri, maka
saudaranya dahulu juga pernah mencuri." Maksudnya adalah Yusuf. Konon
Yusuf pernah mencuri patung kakek dari ibunya, dan memecahkannya. Ketika mereka
berkata demikian, dalam hati Yusuf berkata, "Bahkan kedudukan (sifat-sifat)
kalian lebih buruk di sisi Allah, dan Allah Maha Mengetahui apa yang kalian terangkan
itu". Mereka lalu berusaha meminta keringanan, yaitu dengan membiarkan
Benyamin pergi dan mengambil seorang dari mereka sebagai gantinya, karena ia
memiliki seorang ayah yang sudah sepuh. Namun Yusuf menolak, dan berkata, "Kami
tidak mungkin mengambil dan menahan orang yang tidak bersalah dan membiarkan
pelakunya bebas. Bila kami melakukan itu, niscaya kami termasuk orang yang
zalim[16]."
Saat mereka mulai putus asa untuk
membawa Benyamin pulang, mereka akhirnya keluar meninggalkan Yusuf. Mereka lalu
berkumpul dan berembuk. Saudara mereka yang paling tua, Roubil berkata,
"Tidakkah kalian tahu bahwa ayah kalian, Ya'qub telah mengambil perjanjian
di antara kalian agar menjaga Bunyamin dan mengembalikannya kepadanya. Lalu bagaimana
kita dapat pulang menemui ayah kita tanpa dirinya. Karena itu saya takkan
meninggalkan Mesir untuk kembali ke Palestina, kecuali bila ayah mengizinkanku
kembali ke sana, atau Allah mudahkan bagiku untuk mendapatkan saudaraku,
Bunyamin.
Raobil lalu berkata kepada mereka,
"Pulanglah kalian menemui ayah, dan katakan padanya bahwa Bunyamin telah
mencuri, dan kami melihatnya dengan mata kepala kami sendiri, dan sesungguhnya
kami tidak tahu hal yang gaib. Bila dia tidak percaya, maka biarlah dia
bertanya kepada penduduk Mesir yang mengetahui peristiwa itu, atau bertanya
kepada kafilah dagang yang pulang bersama kalian. Karena sesungguhnya kami
termasuk orang yang jujur."
Mereka pun kembali dan menjelaskan semua
itu kepada ayah mereka. Tapi Nabi Ya'qub as. tidak percaya dengan semua itu,
karena mereka pernah melakukan hal yang sama terhadap Yusuf dengan mengatakan
bahwa ia dimakan srigala. Ya'qub berkata kepada mereka, "Hanya dirimu
sendirilah yang memandang baik perbuatan (yang buruk) itu. Maka kesabaran yang baik itulah
(kesabaranku). Mudah-mudahan Allah
mendatangkan padaku Yusuf, Benyamin dan Raobil semuanya." Ia lalu
meninggalkan mereka dan berkata, "Aduhai duka citaku terhadap Yusuf",
dan kedua matanya menjadi putih karena sedih berpisah dengannya.
Ya'qub kembali berkata kepada
anak-anaknya, "Wahai anak-anakku! Kembalilah kalian ke Mesir. Carilah
Yusuf dan saudaranya Benyamin. Janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah,
karena sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah selain orang yang
kafir."[17]
Saudara-saudara Yusuf akhirnya kembali
ke Mesir mencari tahu tentang Yusuf dan Benyamin. Mereka lalu menemui Yusuf as. saat ia berada kekuasaan yang mulia. Mereka
berkata, "Hai Al Aziz, kami dan keluarga kami telah ditimpa kesengsaraan
dan membutuhkan sesuatu yang sangat banyak. Sementara kami datang membawa
barang-barang buruk yang takkan sepadan dengan apa yang engkau minta sebagai
harga bahan makanan. Maka kami harap agar engkau membantu kami dan iba pada
keadaan kami. Bersedekahlah untuk kami, berilah kami al-miirah yang
banyak."
Mendengar ucapan mereka membuat Yusuf
iba. Ia akhirnya menyingkap tentang dirinya dan berkata kepada mereka,
"Apakah kalian masih ingat apa yang telah kalian lakukan terhadap Yusuf
dan saudaranya, Benyamin." Ketika mereka melihatnya dengan seksama, mereka
pun mengetahuinya melalui wajahnya yang tampan. Mereka lalu berkata,
"Bukankah engkau Yusuf?" Yusuf berkata, "Ya saya adalah Yusuf,
dan ini saudaraku Benyamin yang telah melimpahkan karunia, kebaikan dan perlindungan-Nya
kepada kami. Itu karena kami senantiasa taat dan bertakwa kepada-Nya, dan juga
karena kesabaran kami atas apa yang kalian lakukan kepada kami. Dan
sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang yang berbuat baik."
Betapa sangat malu saudara-saudara Yusuf
mengetahui sosok yang ada di hadapan mereka. Mereka lalu berkata, "Demi
Allah, Ia sungguh lebih mengutamakanmu daripada kami. Sesungguhnya kami adalah
orang-orang yang berdosa karena perbuatan yang telah kami lakukan." Yusuf
berkata, "Sekarang tidak ada cercaan bagi kalian. Semoga Allah
mengampuni kalian dan Dia Maha Penyayang di antara para penyayang. Ambillah
bajuku ini, pulanglah kalian dan letakkanlah ia di atas wajah ayahku, nanti ia
akan melihat kembali. Lalu datanglah kalian kepadaku bersama keluarga kalian."[18]
Ketika mereka keluar meninggalkan Yusuf
menuju Palestina –bersama baju Yusuf- dan sampai di tempat berteduh di Mesir,
tiba-tiba angin bertiup membawa aroma baju Yusuf hingga tercium oleh ayahnya.
Ya'qub segera tahu bahwa aroma tersebut adalah milik putranya, walau jarak
tempuhnya tiga hari perjalanan atau lebih. Ya'qub lalu berkata kepada
orang-orang yang ada di sekelilingnya, "Saya mencium aroma Yusuf, bila
saja kalian tidak menuduhku lemah akal." Mereka berkata, "Demi Allah,
sesungguhnya kamu masih berada dalam kekeliruanmu yang dahulu, karena
kecintaanmu yang terlampau berlebihan dan harapan untuk bertemu dengannya walau
sangat tidak mungkin tercapai.".
Ketika mereka tiba di hadapan ayah
mereka, Yahudza lalu mengambil baju Yusuf dan
meletakkan di wajah ayahnya. Seketika itu juga mata Nabi Ya'qub as. dapat
melihat. Ia lalu berkata kepada anak-anaknya, "Bukankah saya pernah
berkata kepada kalian bahwa saya mengetahui dari Allah apa yang tidak kalian
ketahui?" bahwa Allah akan menyatukanku kembali dengan Yusuf dan membuatku
senang dan bahagia dengan kehadirannya.
Saudara-saudara Yusuf lalu meminta
kepada Ya'qub agar mendoakan mereka semoga Allah mengampuni perbuatan yang
telah mereka lakukan dahulu kepadanya dan kepada Yusuf. Nabi Ya'qub as.
berkata, "Saya akan memintakan ampun untuk kalian kepada Tuhanku, karena
sesungguhnya Ia Maha Pengampun dan Maha Penyayang. Ia lalu mendoakan mereka
pada waktu sahur sebagai waktu yang tepat terkabulkannya doa yang dipanjatkan.
Nabi Ya'qub as. lalu berangkat ke Mesir bersama seluruh anak-anaknya, cucu dan
kerabatnya untuk bertemu Yusuf di sana[19].
Setelah menempuh perjalanan panjang,
mereka pun tiba di Mesir dan disambut suka cita oleh Yusuf. Raja dan
balatentaranya turut menyambut kedatangan mereka sebagai penghormatan kepada
Yusuf dan pemuliaan bagi seorang Nabi Allah, Ya'qub as. Ketika mereka
masuk di rumah Yusuf, ia pun merangkul kedua orang tuanya seraya berkata,
"Masuklah kalian ke negeri Mesir dengan aman, Insya Allah."
Maksudnya, tinggal dan menetaplah kalian dengan damai dan aman.
Yusuf lalu mendudukan ayahandanya di
atas singgasananya. Kedua orang tua dan saudara-saudara Yusuf lalu bersujud
kepadanya sebagai penghormatan, dan cara ini adalah sesuatu yang sesuai syariat
pada masa itu di dalam agama mereka. Yusuf lalu berkata kepada ayahnya,
"Wahai ayahku, inilah arti mimpiku dahulu, Allah telah menjadikannya
benar." Ia lalu menceritakan kepada ayahnya tentang nikmat Allah yang Ia
curahkan kepadanya, ketika ia dikeluarkan dari penjara lalu diberi kekuasaan
yang agung, kedatangan orang tua dan saudara-saudaranya, dan berkumpulnya
keluarga mereka kembali setelah syetan merusak hubungan dirinya dan
saudara-saudaranya ketika mereka melakukan perbuatan buruk itu kepada Yusuf as.
Yusuf lalu berkata, " Sesungguhnya Tuhanku Maha Lembut terhadap apa yang Dia
kehendaki. Bila Ia menginginkan sesuatu, maka Ia menyiapkan sebab-sebabnya.
Dialah Allah yang Maha Mengetahui terhadap makhluk-Nya dan Maha Bijaksana[20].
Selama empat puluh hari lamanya, Ya'qub
berada di negeri Yusuf, setelah melalui masa perpisahan yang berlangsung selama
empat puluh tahun. Saat kematiannya menjelang, Ya'qub berpesan kepada Yusuf
agar membawanya dan menguburkannya di dekat makam ayahnya, Ishak di
Palestinaan, dan Yusuf memenuhi wasiat itu. Ketika Ya'qub wafat, ia lalu
membawanya dan menguburkannya di dekat makam ayahnya, kemudian kembali ke
Mesir. Nabi Yusuf as. hidup selama dua puluh tiga tahun setelah kematian
ayahnya.
Ketika urusan Yusuf telah selesai dan ia
mengetahui bahwa hidupnya tidak lama lagi, dimana jiwanya rindu kepada akhirat
dan bertemu Tuhannya, ia pun memuji-Nya dan mengakui limpahan kebaikan-Nya yang
tak terhingga. Ia lalu memohon agar diwafatkan dalam Islam dan kelak menyusul
hamba-hamba-Nya yang shaleh. Yusuf berkata:
رب قد آتيتني من الملك وعلمتني من تأويل الأحاديث فاطر السماوات والأرض أنت وليي في الدنيا والآخرة توفني مسلما وألحقني بالصالحين
رب قد آتيتني من الملك وعلمتني من تأويل الأحاديث فاطر السماوات والأرض أنت وليي في الدنيا والآخرة توفني مسلما وألحقني بالصالحين
"Ya Tuhanku, sesungguhnya
Engkau telah menganugerahkan kepadaku sebahagian kerajaan dan telah mengajarkan
kepadaku sebahagian ta'bir mimpi. (Ya
Tuhan) Pencipta langit dan bumi. Engkaulah Pelindungku di dunia dan di akhirat,
wafatkanlah aku dalam keadaan Islam dan gabungkanlah aku dengan orang-orang
yang saleh." (QS. Yusuf: 101)
Sebelum kematian menjemputnya, ia
berwasiat kepada saudara-saudaranya agar membawanya bila mereka keluar dari
Mesir dan menguburkannya di dekat ayahandanya. Ketika ia wafat, mereka pun
mengawetkan jenazahnya dan meletakkan di dalam tabut. Jenazah Nabi Yusuf tetab
berada di Mesir hingga Nabi Musa diutus yang kemudian membawanya keluar dari
Medir dan menguburkannya di dekat ayahnya. Usia Nabi Yusuf 120 tahun, dan ada
yang berkata 110 tahun.
Nama Nabi Yusuf as. Disebutkan dalam
Al-Qur'an sebanyak 27 kali, 25 kali di antaranya dalam surat Yusuf yang
menceritakan tentang kisah beliau, 1 kali dalam surat al-An'am, yaitu dalam
firman Allah Azza wa Jalla:
ووهبنا له إسحاق ويعقوب كلا هدينا ونوحا هدينا من قبل ومن ذريته داوود وسليمان وأيوب ويوسف وموسى وهارون وكذلك نجزي المحسنين
ووهبنا له إسحاق ويعقوب كلا هدينا ونوحا هدينا من قبل ومن ذريته داوود وسليمان وأيوب ويوسف وموسى وهارون وكذلك نجزي المحسنين
"Dan Kami
telah menganugerahkan Ishak dan Yaqub kepadanya (kepada Ibrahim). Kepada
keduanya masing-masing telah Kami beri petunjuk; dan kepada Nuh sebelum itu
(juga) telah Kami beri petunjuk, dan kepada sebahagian dari keturunannya (Nuh)
yaitu Daud, Sulaiman, Ayyub, Yusuf, Musa dan Harun. Demikianlah Kami memberi
balasan kepada orang-orang yang berbuat baik." (QS. Al-An'aam: 84) dan 1 kali dalam surat Ghafir. Yaitu firman
Allah melalui lisan seorang mukmin dari keluarga Fir'aun:
ولقد جاءكم يوسف من قبل بالبينات فما زلتم في شك مما جاءكم به حتى إذا هلك قلتم لن يبعث الله من بعده رسولا كذلك يضل الله من هو مسرف مرتاب
ولقد جاءكم يوسف من قبل بالبينات فما زلتم في شك مما جاءكم به حتى إذا هلك قلتم لن يبعث الله من بعده رسولا كذلك يضل الله من هو مسرف مرتاب
"Dan sesungguhnya telah datang
Yusuf kepadamu dengan membawa keterangan-keterangan, tetapi kamu senantiasa
dalam keraguan tentang apa yang dibawanya kepadamu, hingga ketika dia
meninggal, kamu berkata: "Allah tidak akan mengirim seorang (rasulpun)
sesudahnya. Demikianlah Allah menyesatkan orang orang yang melampaui batas dan
ragu-ragu." (QS. Ghafir: 34)
Kisah nabi Yusuf yang diceritakan Allah
Ta'ala dalam Al-Qur'an al-Karim sangat menarik. Selain nasehat dan pelajaran
yang dikandungnya. Firman-Nya:
لقد كان في قصصهم عبرة لأولي الألباب ما كان حديثا يفترى ولكن تصديق الذي بين يديه وتفصيل كل شيء وهدى ورحمة لقوم يؤمنون
لقد كان في قصصهم عبرة لأولي الألباب ما كان حديثا يفترى ولكن تصديق الذي بين يديه وتفصيل كل شيء وهدى ورحمة لقوم يؤمنون
"Sesungguhnya pada kisah-kisah
mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Qur'an itu bukanlah cerita yang
dibuat-buat." (QS. Yusuf: 111) dan
pelajaran yang paling menonjol di dalamnya adalah kewajiban untuk senatiasa
bersabar. Karena kemenangan dan kejayaan terletak
pada kesabaran. Allah Ta'ala berfirman melalui lisan nabi Yusuf as.:
إنه من يتق ويصبر فإن الله لا يضيع أجر المحسنين
إنه من يتق ويصبر فإن الله لا يضيع أجر المحسنين
"Sesungguhnya barang siapa yang
bertakwa dan bersabar, maka sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala
orang-orang yang berbuat baik" (QS.
Yusuf: 90)
Di antara nesehat yang dikandungnya
adalah kewajiban melekatkan kesucian dan kebersihan dalam diri, tidak
berkhianat kepada orang yang mempercayaimu. Nabi Yusuf as. adalah teladan dalam
kesucian dan kebersihan saat ia dirayu istri al-Aziz. Namun ia menolak dan
berpaling sebagai bukti bahwa ia tidak berkhianat kepada tuannya. Dan akhirnya,
ia harua merasakan penghinaan dan jeruji penjara sebagai harga yang harus ia
bayarkan. Namun buah kebaikan itu akhirnya ia nikmati juga, saat Allah
mengeluarkannya dari penjara sebagai orang yang bersih dari berbagai tuduhan,
mendapatkan kedudukan yang mulia dan bertemu kembali dengan orang tuanya.
Nabi Yusuf as.
Dalam Al-Qur'an al-Karim
Kisah Nabi Yusuf as. diabadikan Allah dalam Al-Qur'an
pada sebuah sebuah surat khusus dengan mengambil namanya sendiri. Menerangkan
secara detail sisi kehidupan nabi yang mulia ini. Kisah ini juga memberi sangat
banyak pelajaran dan nasehat kepada orang-orang yang beriman. Ketika kita
sedang membaca kisah tersebut, maka sudah selayaknya bagi kita mengambil bekal
yang banyak darinya.
Beberapa hal yang harus menjadi perhatian kita semua pada
kisah agung itu sebagai berikut:
1- Lingkungan yang baik akan menumbuhkan tanamanan yang baik
pula (Dan kedua orang tuanya termasuk orang yang shalih)
2- Mentarbiyah diri dengan sifat-sifat yang mulia. Dan Yusuf
as. Telah terbiasa dengan sifat-sifat yang mulia sebagai realisasi ajaran ayah
dan kakeknya, serta para nabi shalawat Allah dan keselamatan untuk mereka.
3- Iman kepada prinsip akan mempermudah pelakunya
menaklukkan berbagai kesulitan dan dalam menghadapi tiupan angin beliung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar