Ad-Da'i sang Murabbi, Umar Tilmisani
(1322-1406 H – 1904-1985)
Beliau adalah Ustadz Umar Abdul Fattah bin Abdul Qadir Musthafa Tilmisani. Diangkat sebagai Mursyid 'Aam Ikhwanul Muslimin setelah meninggalnya Mursyid ke dua, Ustadz Hasan al-Hudhaibi pada bulan November 1973.
1. Masa Kecil dan Pertumbuhannya
Asal-usulnya kembali kepada wilayah Tilmisani di al-Jazaair. Lahir di kota Kairo pada tahun 1322 Hijriah, atau 1904 Masehi, di jalan Hausy Qadim di Al-Ghauriah. Kakek dan ayahnya bekerja sebagai pedagang pakaian dan batu mulia. Kakeknya adalah seorang salafi yang banyak mencetak buku-buku karya Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab. Karena itu ia tumbuh dalam lingkungan yang jauh dari bid'ah.
Syeikh Umar Tilmisani belajar di Sekolah Ibtidaiyyah Jam'iyyah Khaeriyah, lalu melanjutkan di Sekolah Tsanawiyah al-Hilmiyah. Setelah itu, ia kuliah di Fakultas Hukum. Setelah menyelesaikan pendidikannya pada tahun 1933, ia kemudian menyewa sebuah kantor advokat di jalan Syabiin al-Qanathir, dan bergabung dengan jamaah Ikhwanul Muslimin.
Ustadz Tilmisani adalah pengacara pertama yang bergabung dengan Ikhwan. Di sinilah ia mengerahkan usaha dan pikirannya demi membela jamaah ini. Ia juga adalah orang terdekat Imam Syahid yang kerap menemani beliau dalam perjalanan yang dilakukannya di wilayah Mesir atau di luar negeri. Imam Syahid juga sering meminta bantuan kepadanya dalam berbaga perkara.
Ustadz Umar Tilmisani menikah saat masih duduk di Sekolah Tsanawiyah Negeri, dan Istrinya wafat pada bulan Agustus 1979 setelah hidup bersamanya lebih dari setengah abad. Mereka dikarunia empat orang anak; Abid dan Abdul Fattah, serta dua orang anak perempuan.
Pekerjaan beliau sebagai pengacara tidak membuatnya lupa memperkaya dirinya dengan wawasan keislaman. Karena itu, ia banyak membaca dan menelaah berbagai jenis buku, seperti tafsir, hadits, fikih, sirah, sejarah dan biografi. Ia juga mengikuti dengan seksama berbagai konspirasi dan strategi musuh-musuh Islam di dalam dan luar Mesir, mengamati, mempelajari, menentukan caranya bersikap, cara menghadapinya dengan bijak dan nasehat yang baik. Ia juga berusaha menangkal propaganda yang mereka tiupkan, mendustakan ucapan-ucapannya, dan menepis kecurigaan mereka dengan sikap seorang mukmin penuh percaya diri yang mengetahui keunggulan yang dimilikinya, dan kelemahan yang ada pada lawan-lawannya. Bahwa tidak ada selain Allah yang dapat menolong, dan tak ada agama lain kecuali Islam.
Saya mengenalnya saat pertama kali tiba di Mesir untuk kuliah pada tahun 1369, bertepatan dengan tahun 1939, dimana kami bertemu dengan para tokoh dan petinggi Ikhwan setelah syahidnya Imam Hasan al-Banna, dan sebelum pemilihan mursyid kedua, ustadz Hasan al-Hudhaebi. Disana kami mendengar nasehat dan arahan yang disampaikan para tokoh Ikhwan.
Kami juga dapat merasakan kesopan-santunan ustadz Umar, kerendahan hatinya dan kasih sayangnya terhadap Ikhwan, khusunya para pemuda yang di dalam jiwa mereka bergelora semangat membara untuk segera memetik buah yang mereka tanam. Mereka juga berusaha melakukan pembalasan atas kezaliman yang terjadi atas diri Ikhwan. Namun ustadz Umar Tilmisani berwasiat agar mereka tetap bersabar, teguh pendirian, santun, tenang dan senantiasa mengharap pahala dan ganjaran Allah Azza wa Jalla.
2. Janji Setia pada Diri Sendiri
Ustadz Umar Tilmisani meninggalkan jejak kebaikan bagi setiap orang yang pernah mengenalnya, atau bersentuhan dengannya. Ia dikaruniai kejernihan hati, dan kebersihan jiwa, kata-kata yang lembut, penampilan menawan, serta caranya berdialog dan berdebat yang menarik hati. Ia berkata tentang dirinya sendiri:
[Arabnya]
"Saya tidak pernah mengetahui bahwa sifat keras bersentuhan dengan prilaku yang kumiliki. Tidak ada keinginan untuk menang atas seorang pun. Karena itu, saya tidak merasa memiliki seorang musuh. Terkecuali mungkin karena pembelaan saya terhadap kebenaran. Atau karena saya menyeru manusia untuk mengamalkan kitabuLlah. Itu berarti bahwa permusuhan itu datang dari mereka sendiri dan bukan dariku. Saya telah berjanji pada diriku sendiri untuk tidak menyakiti seorang pun dengan kata-kata kasar, walau saya berbeda dan berselisih pendapat dengannya secara politik, bahkan walau pun mereka menyakitiku. Karena itu, tidak pernah terjadi benturan antara diriku dengan seorang pun karena faktor pribadi."
Dari pernyataan ini kita dapat mengetahui bahwa tidak seorang pun meninggalkan kediaman Tilmisani kecuali ia membawa penghormatan dan penghargaan dari dalam dirinya dan rasa cinta kepada sang da'I mujahid ini. Demikian pula dengan mereka yang pernah menjadi murid Imam Syahid, keluar dari madrasahnya dan bergabung dalam jamaahnya, mengenalnya sebagai da'I yang tulus dan ikhlas.
3. Akhlak dan Sifatnya
Syaikh Umar Tilmisani adalah sosok yang sangat pemalu. Sebagaimana disaksikan oleh setiap orang yang melihatnya dari dekat. Teman duduk dan kawan bercakapnya akan merasakan bahwa penderitaan berkepanjangan yang ia alami dalam gelapnya penjara berhasil menempa dirinya, sehingga ia tidak membiarkan ada celah sedikit pun dalam dirinya untuk sebuah hakikat yang tidak diyakininya. Beliau mendekam di balik penjara lebih selama 17 tahun. Bermula pada tahun 1948 (1368H), kemudian tahun 1954 (1373H), lalu pada tahun 1981 (1402H). Dan tak ada yang bertambah dalam dirinya saat menghadapi seluruh ujian dan cobaan itu kecuali kesabaran dan ketegaran.
Dalam wawancaranya dengan majalah al-Yamamah, yang terbit di Saudi Arabia, edisi tanggal 14 Januari 1982, Syaikh Umar Tilmisani berkata:
[Arabnya]
"Sesungguhnya tabiat dimana saya tumbuh di atasnya membuatku benci kepada kekerasan dengan segala bentuknya. Ini bukan hanya sebagai sikap politik. Tapi juga merupakan sikap pribadiku yang terkait erat dengan pembentukan jatidiriku. Bahkan ketika ada seseorang yang coba menganiaya diriku, maka saya sungguh tidak akan menyelesaikannya dengan kekerasan. Saya bisa saja menggunakan kekuatan untuk menciptakan perubahan. Namun demikian, saya takkan pernah melakukan itu dengan kekerasan."
4. Surat kepada Presiden
Dalam surat terbuka yang ia tujukan kepada presiden Republik Mesir, juga disebarluaskan oleh harian asy-Sya'b al-Qahiriyah, tertanggal 14/3/1986, ia berkata:
[Arabnya]
"Wahai paduka Presiden. Yang paling penting bagi kami sebagai kaum Muslimin di Mesir adalah menjadi bangsa yang aman, tentram dan tenang di bawah naungan syariat Allah Azza wa Jalla. Karena kemaslahatan umat ini hanya akan tercapai bila aturan Allah direalisasikan di tengah mereka. Saya kira tidak terlalu berlebihan bila saya katakan bahwa sesungguhnya penerapan syariat Allah Ta'ala di bumi Mesir akan menjadi pintu kemenangan bagi seluruh wilayahnya. Dan pada saat itulah sang pengadil dan terdakwa akan merasakan ketenangan, demikian pula yang akan dinikmati oleh penguasa dan rakyatnya.
5. Arahan dan Petunjuknya
Dalam rangkaian nasehat dan arahannya yang ditujukan kepada para pemuda dan penyeru dari kalangan Ikhwan, beliau berkata:
[Arabnya]
"Sesungguhnya berbagai kesulitan yang dihadapi para da'i pada saat ini sangat berat dan penuh bahaya. Kekuatan material masa kini berada di tangan musuh-musuh Islam dimana mereka bersatu untuk menyingkirkan berbagai perbedaan yang ada di tengah mereka demi memerangi kaum Muslimin, dan khususnya Ikhwanul Muslimin.”
Bila didasarkan pada pertimbangan logika manusia, pasukan Thalut yang beriman sebenarnya tidak memiliki kekuatan melawan pasukan Jalut dan balatentaranya. Namun ketika keimanan mereka meyakini bahwa kemenangan itu berasal dari sisi Allah Ta'ala dan bukan karena faktor jumlah dan bekal yang dimiliki, mereka akhirnya sanggup menghancurkan pasukan Jalut dengan izin Allah Ta'ala.
[Arabnya]
Sesungguhnya saya tidak meremehkan kekuatan dari sisi jumlah, dan juga tidak menyeru kepada para du'at agar mereka hanya berpasrah diri, berzikir hingga mulut berbusa-busa sambil menggerakkan leher-leher ke kanan dan kiri lalu menepukkan tangannya. Karena semua ini adalah bencana mematikan dan membinasakan. Tapi berpegang teguh kepada wahyu yang diturunkan oleh Allah Ta'ala, berjihad dengan kalimat yang benar secara berkesinambungan, tidak peduli berbagai gangguan, menjadikan diri sebagai tauladan dalam kepahlawanan, keteguhan dan keberanian, disertai keyakinan bahwa bahwa Allah Ta'ala akan menguji mereka dengan rasa takut, lapar, berkurangnya harta, jiwa dan buah-buahan agar Ia mengetahui manakah orang-orang yang jujur dan pengecut, maka semua itu sesungguhnya adalah faktor-faktor hadirnya kemenangan sesuai sunnatullah. Kisah-kisah yang terdapat dalam Al-Qur'an yang mulia adalah saksi terbaik yang menunjukkan hal itu, dan mengandung pelajaran yang sangat banyak.
Adapun para pemuda yang memiliki semangat dan tekad kuat menyertai kesadaran mereka yang dalam, maka sesungguhnya mereka tidak membutuhkan banyak eksperimen. Yang mereka butuhkan adalah kesabaran dan komitmen dengan petunjuk wahyu yang terdapat dalam Kitabullah dan Sunnah Rasulullah saw., dan kemudian dari sirah Salafushshalih yang telah terikat prilaku dan moral mereka dengannya, dan Allah Ta'ala kemudian memberikan kemenangan dan kekuasaan yang seakan mustahil untuk diraih.
6. Keteguhan dan Sikapnya
Ustadz Tilmisani mengetahui dengan baik makna keteguhan dan kekuatan saat berada di dalam dan di luar penjara. Ia sama sekali tidak goyah dengan ancaman. Sebagaimana diketahui sifat zuhud, iffah [mengendalikan diri untuk kehormatan] dan rasa takutnya kepada Allah Azza wa Jalla, serta kesungguhannya untuk meraih ridha-Nya. Beliau berkata, "Saya tidak pernah merasa takut kepada seorang pun selain kepada Allah, dan tidak ada sesuatu pun yang pernah menghalangiku untuk mengatakan kebenaran yang saya yakini, walau akhirnya sangat berat dirasakan oleh orang lain, dan walaupun saya harus menghadapi kesulitan dalam melakukannya.
[Arabnya]
Saya akan mengatakan kebenaran itu dengan tenang, hati yang teguh walau dengan cara yang menarik, tidak mengganggu pendengaran dan tidak melukai jiwa mereka. Saya juga berusaha untuk menghindar dari kata-kata yang saya anggap tidak disukai oleh lawan bicaraku. Sehingga dengan cara seperti itu jiwaku dapat merasa tenang. Walau dengan metode seperti itu saya tidak menemukan banyak teman, tapi saya dapat menghindar dari banyaknya kejahatan musuh."
Sikap jujur, ucapan yang terus-terang, amal yang serius dan cara menghadapi masalah dengan penuh keberanian, ketenangan, keteguhan dan ketegaran di hadapan berbagai berita yang berasal dari musuh-musuh internal dan eksternal dengan cara yang sama, adalah sifat dan karakter menonjol yang terdapat dalam diri ustadz Tilmisani.
7. Menjaga kehormatan diri
Berita tentang dialog terbuka dengan presiden Anwar Sadat di kota Ismailiyah yang dihadiri oleh Ustadz Tilmisani sebagai undangan, disebarluaskan melalui radio dan televisi secara langsung. Dalam dialog tersebut Anwar Sadat menuduh Jamaah Ikhwan dengan fitnah sektarian, dan melontarkan berbagai tuduhan dusta. Mendengar tuduhan tersebut, ustadz Tilmisani lalu berdiri mengcounter berbagai tuduhan Sadat dengan ucapannya, "Adalah hal yang lumrah bila ada yang berlaku zalim pada diriku adalah mengadukan pelakunya kepadamu, karena engkau adalah rujukan tertinggi—setelah Allah—bagi orang-orang yang mengadu ketika dianiaya. Kini saya mendapatkan kezaliman itu darimu dan membuatku tidak memiliki cara apa pun selain mengadukanmu kepada Allah Ta'ala."
Saat mendengar ucapan ustadz Tilmisani, Anwar Sadatpun gemetar ketakutan. Ia lalu memohon kepada Ustadz Tilmisani agar mencabut pengaduan itu. Namun dengan tegas dan tetap tenang beliau menjawab:
[Arabnya]
"Sesungguhnya saya tidak mengadukanmu kepada pihak yang zalim, tapi kepada Dzat Yang Maha Adil dan mengetahui segala yang saya ucapkan!"
8. Metode dalam Berdialog
Metode dialog yang digunakan ustadz Tilmisani sangat memikat yang menggambarkan karakter Tilmisani secara keseluruhan. Karakter tersebut tidak dibuat-buat, tapi seperti itulah sifat sesungguhnya yang menonjol dalam dirinya saat berbicara, berbuat, berprilaku, bergaul dan berinteraksi dengan individu dan kelompok, atau pemimpin dan masyarakat tanpa membedakan yang besar atau kecil, kaya atau miskin. Dia meyakini prinsip-prinsip Ikhwan yang berlandaskan pada Kitabullah dan Sunnah, serta ijma' kaum Salaf.
9. Jamaahnya
Dia melihat bahwa jamaah ini adalah sebuah gerakan Islam yang jujur pada zaman ini. Beliau berkata:
[Arabnya]
"Sesungguhnya yang mengikuti pada langkah-langkah Jamaah Ikhwanul Muslimin sejak masa kelahirannya pada tahun 1347H (1928) hingga hari ini, tidak tampak padanya kecuali pengorbanan demi pengorbanan dalam menegakkan akidah yang mereka anut, serta usaha yang padat dan memberi hasil dalam berbagai sisi kehidupan sosial masyarakat. Memberi dukungan berkesinambungan untuk mempererat jalinan persaudaraan di antara berbagai masyarakat Islam yang berbeda-beda, sekaligus menyebarluaskan kedamaian di seluruh dunia.
Ikhwanul Muslimin telah diperangi dengan sangat dahsyat dari berbagai arah, lokal dan internasional. Namun demikian, tidak pernah terdengar sedikit pun bahwa mereka menyebar fitnah di tengah masyarakat, memecah belah kesatuan, menghancurkan perusahaan-perusahaan, atau berdemonstrasi sambil melakukan pengrusakan di jalan-jalan, atau berteriak-teriak dengan mengatakan, "Hidup si Fulan, dan matilah si fulan." Karena sifat mereka adalah kedamaian, pekerjaan mereka membangun, dan kemenangan mereka adalah keikhlasan. Namun demikian, mereka adalah sasaran kebencian yang bahkan dilakukan oleh orang-orang yang selama ini tidak pernah bertemu dalam sebuah kesepakatan, selain kesepakatan mereka untuk memerangi Ikhwanul Muslimin.
Setiap Muslim tidak mengenal adanya pemahaman yang mengatakan bahwa agama ini milik Allah, sementara negara untuk seluruh manusia. Tapi yang dia ketahui adalah bahwa segala sesuatu di atas muka bumi ini adalah milik Allah semata. Maka barang siapa yang ingin berpaling dari pemahaman ini, niscaya dia adalah penipu yang ingin memisahkan seorang Muslim dari menyatukan kekuatannya agar mereka lebih mudah mengalahkannya.
Seorang Muslim tidak mengenal pemahaman, "Apa yang untuk Allah adalah milik Allah, dan apa yang untuk Kaisar untuk Kaisar). Karena dia meyakini dengan sepenuh imannya bahwa Kaisar tidak memiliki sesuatu pun yang juga menjadi milik Allah. Karena bila demikian, maka ia dianggap sekutu dalam kekuasaan-Nya. Sementara setiap Muslim menolak segala bentuk kemusyrikan.
10. Sifat Zuhud, Rendah Hati dan Kesederhanaannya
Seperti itulah kehidupan ustadz Tilmisani, sang Da'i, murabbi dan pemimpin yang jujur dan setia pada janjinya dengan Allah, beramal untuk agama-Nya, terikat erat dalam dakwah kepada-Nya, senantiasa bersabar dan berjuang dengan berpegang teguh kepada tali Allah yang kokoh. Beramal bersama para mujahid yang jujur, apakah ia berposisi sebagai prajurit atau pemimpin. Sama juga baginya apakah ia berada di dalam atau di luar penjara. Ia tidak pernah berubah, tidak terwarnai, tidak berpaling, juga tidak pernah rakus kepada perhiasan dunia dan tipu daya kedudukan. Ia bahkan menjalani kehidupannya dengan menjauh dari godaan dunia menuju Allah Ta'ala.
Beliau tinggal di sebuah apartemen sederhana tanpa ada beban dalam jiwanya sedikit pun. Membuatku sangat trenyuh saat mengunjunginya, seraya berusaha menahan air mata yang nyaris keluar dari kelopak mataku agar ia tidak menyaksikanku. Dimanakah kita gerangan dari para lelaki yang lebih tinggi dari dunia dengan iman mereka, dan mempersembahkan sesuatu yang mahal dan murah demi agama yang mereka anut?
Apartemen Syaikh Umar Tilmisani berada di gang sempit di komplek al-Mulaiji asy-Sya'biyah al-Qadimah di wilayah az-Zahir di Kairo, di dalam gang sempit. Perabot apatemennya sangat sederhana. Walau ia berasal dari keluarga kaya raya dengan status sosial cukup tinggi. Seperti itulah sifat zuhud, kesederhanaan dan kerendahan hati ustadz Tilmisani. Beliau adalah sosok yang dicintai oleh seluruh lapisan masyarakat Mesir. Bahkan pemeluk Kristen Koptik juga menghormatinya. Demikian pula penguasa yang sangat menghargai kedudukannya dan mengetahui dengan baik keutamaan yang dimilikinya.
Adapun Ikhwanul Muslimin, maka mereka melihatnya sebagai sosok yang patut diteladani. Mereka berlomba untuk melaksanakan instruksi dan perintah yang datang darinya. Itulah yang terjadi ketika cinta karena Allah menjadi intisari yang menjalin hubungannya dengan mereka; ketika penerapan syariat Allah dan meraih redha-Nya adalah tujuan dan keinginan mereka.
Kunjungan Syaikh Umar Tilmisani ke negara-negara Arab Islam dan kaum Muslimin di negara-negara tempat mereka bermigrasi, bagaikan obat yang berusaha menyembuhkan luka yang mereka derita, sekaligus sebagai arahan bijak atas apa yang harus dilakukan oleh kaum Muslimin bagi agama, umat dan negeri mereka.
Ceramah, pelajaran, dialog, nasehat dan bimbingan yang ia sampaikan seluruhnya mengandung motivasi untuk umat, khususnya bagi para pemuda, kaum intelektual dan para tokoh ulama agar mereka mampu memikul tanggung jawab dan segera bangkit menjalankan peran mereka. Setiap elemen dari umat agar berada pada posisi masing-masing, beramal dan bekerja bersama untuk mengembalikan kejayaan Islam dan memimpin umat. Inilah sesungguhnya peran para du'at di setiap waktu dan zaman. Seperti itu pula risalah para nabi hingga akhirnya diwariskan kepada para ulama, para da'i yang jujur, dan orang-orang mukmin yang senantiasa ikhlas di atas jalan-Nya.
11. Tulisan dan Karya-karyanya
Ustadz Tilmisani turut andil dalam kancah pemikiran Islam melalui sebagian karya tulisannya yang diterbitkan dalam berbagai versi. Di antaranya adalah:
1. Syahid al-Mihrab, Umar bin Khaththab
2. Al-Khuruj min al-Maaziq al-Islami ar-Raahin
3. Al-Islam wa al-Hukuumah ad-Diniyah
4. Al-Islaam wa al-Hayaah
5. Aaraa fi ad-Diin wa as-Siyaasah
6. Al-Mulham al-Mauhuub, ustadz al-Banna, Ustadz al-Jiil
7. Beberapa tulisan terkait tema "Nahwa an-Nuur".
8. Dzikrayaat laa Mudzakkiraat
9. Al-Islaam wa Nazhratuhu as-Samiyah li al-Mar'ah
10. Ba'dha ma 'Allamani al-Ikhwan al-Muslimun
11. Qola an-Naasu, wa lam aqul fi Hukmi Abdul Nasser
12. Ayyam ma'a as-Saadaat
13. Min Fikhi al-I'laam al-Islami
14. Min shifaat al-'Aabidin
15. Ya Hukkam al-Muslimin, alaa takhafuuna Allaha?
16. Fi Riyadh at-Tauhid
17. Laa nakhafu as-Salaam, walaakin
Ditambah lagi dengan tulisan-tulisannya di majalah Dakwah, Kairo dan yang terkait dengan masalah-masalah Islam yang dimuat di majalah yang lain, serta ceramah-ceramahnya di berbagai forum nasional dan internasional yang diadakan di negara-negara Arab Islam dan negara-negara Barat. Demikian pula dengan ceramah-ceramah yang disampaikannya dalam berbagai forum yang diadakan oleh Ikhwan.
12. Apa Kata mereka tentang Ustadz Tilmisani
Ustadz Muhammad Sa'id Abdurrahim berkata dalam tulisannya Umar Tilmisani, Mursyid ke tiga Ikhwanul Muslimin:
[Arabnya]
"Binasalah sang tiran, dan mereka yang menghabiskan masa yang sangat panjang di dalam jeruji besi akhirnya keluar setelah dibersihkan oleh berbagai ujian. Membuat jiwa mereka semakin kuat membaja. Walau tubuh mereka dihinakan, namun ruh mereka semakin kuat menggantung kepada Allah Ta'ala, dan merendahkan berbagai kemewahan duniawi yang pasti lenyap, dan rasa takut yang hilang dari dalam hati mereka selain hanya kepada-Nya.
Mereka keluar dari ujian dan fitnah itu sebagai lelaki laksana gunung kokoh tak goyah oleh oleh terpaan badai. Di dalam penjara mereka menghafal Al-Qur'an, menimba pengetahuan, dan berhasil mengalahkan hawa nasfu mereka. Bukan hanya itu, mereka juga mengajarkan manusia hakikat keberadaannya di dunia. Seperti itulah fungsi pejara bagi mereka; menjadi sekolah yang memberi mereka lebih banyak dari pada yang diminta dari mereka.
Di antara mereka yang keluar dari penjara itu adalah al-Akh Umar Tilmisani, dan sesungguhnya Allah Azza wa Jalla telah mempersiapkannya untuk memimpin Jamaah Ikhwan pada fase tersebut. Dia adalah pemimpin yang tepat menahkodai bahtera Ikhwan di tengah gelombang dahsyat dengan bijak dan sabar, lembut dan tenang disertai iman yang teguh dan tekad yang tak tergoyahkan.
Dakwah tersebar luas pada masanya, sesuatu yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Para pemuda pun kembali kepada Islam, sehingga arus Islam menjadi arus sangat besar yang terjadi di berbagai perguruan tinggi, diberbagai asosiasi dan perkumpulan, bahkan di Mesir pada umumnya. Karena ia mampu mengendalikan bahtera tersebut dengan pengalamannya sebagai pemimpin piawai, dan keahlian seorang nahkoda, sehingga ia mampu menaklukkan gelombang dan marabahaya serta mengantarkannya tiba di pantai keselamatan.
Berbagai ujian dan cobaan dilalui Ustadz Tilmisani dalam kehidupannya. Di antaranya ketika ia di penjara selama hampir 20 tahun lamanya. Beliau termasuk orang paling sabar dari kalangan Ikhwan dalam menghadapi siksaan algojo di penjara. Namun demikian, betapa pun keras dan kejamnya siksaan itu dan buruknya perlakuan yang diterimanya, lisannya tidak pernah putus dari menyebut asma Allah Ta'ala Senantiasa mendoakan saudaranya yang lain agar tetap sabar dan teguh menghadapi berbagai ujian tersebut. Lisannya juga senantiasa bersih dan tidak terdengar darinya kata-kata keji terhadap mereka yang menganiaya dan menzaliminya. Ia senantiasa menyandarkan segala urusannya kepada Allah Ta'ala. Cukuplah Ia sebaik-baik pelindung.
13. Kembali Keharibaan-Nya
Allah Ta'ala memanggil hamba-Nya kembali keharibaan-Nya pada hari Rabu, 13 Ramadhan 1406, bertepatan dengan 22 Mei 1986. Beliau meninggal di rumah sakit setelah mengidap penyakit saat usianya 82 tahun. Jenazahnya lalu disalatkan di mesjid Umar yang mulia di Kairo. Lebih dari seperempat juta orang, bahkan setengah juta mengiringi jenazahnya menuju pemakamannya. Di antara mereka yang mengiringinya terdapat sejumlah utusan berasal dari dalam dan luar negeri. Saya sendiri dimuliakan Allah saat diberi kesempatan mengiringi jenazah tersebut bersama kalangan Ikhwan dari negeri Arab. Alhamdulillah.
Inilah profil ustadz Umar Tilmisani, mursyid ke tiga jamaah Ikhwanul Muslimin, dan sekilas dari perjalan hidup beliau. Kita senantiasa berdoa kepada Allah Azza wa Jalla, semoga Ia menjadikannya termasuk orang-orang shalih dari hamba-Nya. Dan kelak kita menyusul kepergiannya di tempat yang disenangi di sisi Tuhan Yang Berkuasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar