KAIDAH KEDUA
لأن يهدي الله بك رجلاً واحداً خير لك من حُمُر النَّعم
Itulah yang pernah disampaikan oleh Rasulullah SAW kepada Ali bin Abi Thalib RA ketika beliau menyerahkan bendera kepadanya pada saat perang Khaibar. Kemudian Ali berkata :
، فقال عليُّ : علام أقاتل الناس، نقاتلهم حتى يكونوا مثلنا
“Atas dasar apa kita memerangi manusia, kita memeranginya sampai mereka seperti kita ?”.
؟ فقال: " على رسلك حتى تنزل بساحتهم ثم ادعهم إلى الإسلام، وأخبرهم بما يجب عليهم، فوالله لأن يهدي الله بك رجلاً واحداً خير لك من حُمُر النَّعم" ( ).
Rasul bersabda : Sabar, sampai engkau memasuki wilayah mereka, lalu dakwahkan mereka kepada Islam, dan sampaikan kepada mereka kewajiban-kewajibannya, maka demi Allah seseorang mendapatkan hidayah melalui engkau, hal itu lebih baik bagimu dari pada seekor unta merah”.
وذلك لأن هدي الله هو الهدى، وأنه ليس بعد الهدى إلا الضلال، وعندما يوفق الله تعالى داعية من دعاة الإسلام فيهيء له من يقبل دعوته فإن نتائج هذا القبول عظيمة جليلة ، نذكر منها:
Kenapa demikian?, karena hidayah Allah adalah petunjuk, tidakada setelah petunjuk kecuali kesesatan. Ketika Allah memeberikan petunjuk kepada seurang da’i maka Allah akan sediakan orang uang ajan menerima dakwahnya, karena sesungguhnya nilai-nilai penerimaan dakwah itu sangat agung dan mulia, kita sebut saja diantaranya :
1. Berdakwah berarti menyelamatkan orang yang mendapat petunjuk dari api neraka, menlindungi dari panas dan gejolaknya, dijauhkannya seseorang dari api neraka disamping karunia dari Allah juga disebabkan oleh kesungguhan da’i dan pertolongannya, digantikan yang semula tempatnya kekal di dalam neraka menjadi kekal di dalam surga, ini adalah perkara yang tidak bisa dibandingkan dengan ketegori kebaikan apapun, tidak ada yang dapat menyamai tingkatannya, setinggi apapun tingkat kebaikan dan kedermawanan. Maka seorang da’i mempersembahkan surga sebagai hadiah untuk manusia di sekelilingnya, menenunjuki mereka tempat kebahagiaan, maka pahala yang seperti apa yang akan dicatat untuk para da’i di sisi Rabbnya kecuali pahala yang kadarnya sesuai dengan keagungan pemberinya.
2. Sesungguhnya setiap gerak dan diamnya orang yang mendapat hidayah, tasbih dan takbir yang terucap dari keduabelah bibirnya, setiap rakaat dan sujud yang dikerjakannya dan setiap kebiakan yang digerakan Allah melalui tangannya, itu semua disebabkan oleh peran dan usaha seorang da’i yang telah menunjukan jalan ke arah kebaikan, karenanya pahala bagi da’i seperti pahala orang yang mengerjakannya, sebagaimana sabda Nabi :
" الدال على الخير كفاعله
“Yang menunjuki ke arah kebaikan seperti orang yang mengerjakannya”.
Juga Nabi bersabda :
: " من سنَّ في الإسلام سنة حسنة فله أجرها وأجر من عمل بها بعده من غير أن ينقص من أجورهم شيء"( ).
“Barang siapa yang menerapkan kebiasaan yang baik dalam Islam maka baginya pahala dan pahala orang yang mengerjakannya tanpa dikurangi sedikitpun pahalanya”. (HR. Muslim)
Ini dari sisi pahala yang tak ada habisnya, Ia terus bertambah dari hari ke hari. Sesungguhnya kesungguhan Abu Bakar As-siddiq, Bilal, Ammar, Khadijah, Asma dan para sahabat dan sahabiyat lainnya, adalah modal yang paling utama dalam penerimaan manusia terhadap Allah hingga hari kiamat, dan sesungguhnya kesungguhan Nabi Muhammad SAW adalah titik awal dari setiap kesungguhan yang ditunjukan oleh setiap muslim, oleh karena itu bagi Rasulullah SAW – setelah Allah SWT- segala kemuliaan di atas kepala setiap orang Islam.
3. Bahwasanya yang memperoleh hidayah melalui tangan seorang da’i menjadi mitra baginya dalam menunaikan misinya, berpadulah kesungguhannya dengan kesungguhna da’inya. Demikianlah dakwah tidak akan bertambah melainkan dengan jalan dakwah itu sendiri, dan tidak semakin menjadi kokoh kecuali dengan masuknya unsur-unsur baru yang mengikutinya. Tidaklah berubah keadaan kaum muslimin dari sembunyi-sembunyi menuju terang-terangan, kecuali setelah masuknya Umar dan hamzah ke dalam agama Allah Azza wa jalla.
4. Sesungguhnya wahai para da’i, siapa saja yang memperoleh hidayah melelui kedua belah tanganmu, maka itu berarti sebuah batu bata yang dicopot dari bangunan jahiliyah lalu diletakkan pada bangunan Islam. Hal ini dari sisi kekufuran dan kesesatan adalah sebuah kekalahan bagi Syaitan dan para pembantunya, dan kemenangan bagi Allah dan para penolongnya. Oleh karena setiap kali ada orang yang mendapat hidayah berkat dakwah, maka runtuhlah satu demi satu pilar-pilar bangunan jahiliyah. Begitulah problematika jahiliyah di kota Mekkah, setiap pagi menjadi bahan pembicaraan di kalangan mereka. Orang-orang kafir berbicara tentang kaum yang mengikuti agama baru, memisahkan diri dan keluar dari masyarakatnya. Sementara kaum muslimin bergembira dengan semakin banyaknya orang-orang yang mendapat hidayah, seakan-akan saya membayangkan ad di bangunan kufur berproses setiap hari dan beruntuhan sedikit demi sedikit sehingga lahan dakwah menjadi lebih terbuka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar