Dari
Tamim Ad-Dari ra bahwa Nabi saw bersabda,
الدِّيْنُ
النَّصِيْحَةُ ثَلاَثًا. قُلْناَ: لِمَنْ ياَ رَسُوْلَ اللهِ ؟ قاَلَ: لِلَّهِ وَلِكِتاَبِهِ
وَلِرَسُوْلِهِ وَلِاَءِمَّةِ الْمُسْلِمِيْنَ وَعاَمَّتِهِمْ.
“Agama adalah nasihat-beliau bersabda seperti itu
hingga tiga kali-. “Kami berkata, “Untuk siapa, wahai Rasulullah?”Nabi saw
bersabda, “Untuk Allah, Kitab-Nya, Rasul-Nya, para pemimpin kaum muslimin, dan
seluruh kaum muslimin. “
(Diriwayatkan
muslim).
Hadits
di atas diriwayatkan muslim dan riwayat Suhail bin Abu Shalih dari Atha’ bin
Yazid Al-Laitsi dari Tamim Ad-Dari. Hadits tersebut juga diriwayatkan dari
Suhail dan lain-lain dari Abu Shalih dari Abu Hurairah ra dari Nabi saw.
At- Tirmidzi meriwayatkan hadits tersebut dari jalur seperti itu. Ada ulama yang menshahihkan
hadits tersebut dari kedua jalur di atas. Ada ulama yang berkata, “Hadits yang
shahih ialah hadits riwayat Tamim, sedang sanad hadits lainnya tidak benar.”
Hadits
tersebut juga diriwayatkan dari hadits Ibnu Umar, Tsauban, Ibnu Abbas, dan
lain-lain dari Nabi saw. Al Hafidz Abu Nu’aim berkata, “Hadits di
atas mempunyai urgensi tinggi. Muhammad bin Aslam Ath-Thusi berkata bahwa
hadits tersebut salah satu dari seperempat agama.”
Ath-Thabrani meriwayatkan hadits dari Hudzaifah bin Al Yaman ra dari
Nabi saw yang bersabda,
“Barang siapa
tidak peduli dengan urusan kaum muslimin, ia tidak termasuk b وخرَّج
الطبراني من حديث حُذيفة بن اليمان عن النبي r قال : " من
لا يهتمُّ بأمر المُسلمين ، فليس منهم ، ومَنْ لَمْ يُمسِ ويُصبح ناصحاً لله
ولرسوله ولكتابه ولإمامه ، ولعامَّة المسلمين فليس منهم " ([1])
.
agian dari mereka.
Barang siapa pada sore dan pagi hari tidak memberi nasihat untuk Allah,
Rasul-Nya, Kitab-Nya, imam-Nya, dan seluruh kaum muslimin, ia tidak termasuk
bagian dari mereka.”
Imam Ahmad meriwayatkan hadits dari Abu Umamah ra dari Nabi
saw yang bersabda,
وخرَّج الإمامُ أحمد من حديث أبي أمامة
، عن النبي r ، قال : " قال الله عزّ وجل : أحبُّ ما تعبَّدني به عبدي
النصحُ لي " ([2]).
“Allah Azza wa Jalla berfirman, ‘Sesuatu yang digunakan hamba-Ku
untuk beribadah kepada-Ku yang paling Aku cintai ialah nasihat untuk-Ku.”
وقد ورد في أحاديث كثيرة النصح للمسلمين
عموماً ، وفي بعضها
Banyak sekali hadits tentang nasihat untuk kaum muslimin secara
umum. Di sebagian hadits disebutkan,
: ا لنصح لولاة أمورهم
“Nasihat untuk para pemimpin mereka. “
Di sebagian hadits disebutkan,
: نصح ولاة الأمور لرعاياهم .
“Nasihat para pemimpin
kepada rakyat mereka.”
Tentang hadits nasihat untuk kaum muslimin secara umum, di Shahih
Al-Bukhari dan Shahih muslim disebutkan hadits dari Jarir bin
Abdullah yang berkata,
، ففي " الصحيحين " عن جرير بن عبد الله قال : بايعت
النبي r على إقام الصلاة
، وإيتاء الزكاة ، والنص لكل مسلم([3]).
“Aku berbai’at kepada Nabi saw untuk mendirikan
shalat, membayar zakat, dan menasihati setiap orang muslim.”
Di Shahih muslim disebutkan hadits dari Abu Hurairah ra dari Nabi
saw yang bersabda, “Hak orang mukmin atas orang mukmin lainnya ada enam.
“Beliau menyebutkan salah satunya, “Jika ia meminta nasihat kepadamu,
nasihatilah dia.”
Hadits
tersebut juga diriwayatkan dari berbagai jalur dari Nabi saw. Di Al Musnad disebutkan
hadits dari Hakim bin Abu Yazid da ayahnya dari Nabi saw yang bersabda,
وفي " المسند " عن حكيم بن
أبي يزيد ، عن أبيه ، عن النبي r ، قال : " إذا استنصح أحدكم أخاه ، فلينصح له
“Jika salah seorang dari kalian meminta nasihat
kepada saudaranya, hendaklah saudaranya menasihatinya. “
Tentang hadits kedua
yaitu nasihat untuk para pemimpin dan nasihat mereka kepada rakyat, di Shahih
muslim disebutkan hadits dari Abu Hurairah ra dari Nabi saw yang bersabda,
في " صحيح مسلم " عن أبي
هريرة عن النبي r قال : " إن الله يرضى لكم ثلاثاً : يرضى لكم أن تعبُدوه ولا
تُشركوا به شيئاً ، وأن تعتصموا بحبل الله جميعاً ولا تفرقوا ، وأن تُناصِحوا من
ولاة الله أمركم([4]).
“Sesungguhnya
Allah meridhai tiga hal pada kalian; Dia ridha kalian menyembah-Nya dan tidak menyekutukan-Nya
dengan sesuatu apapun, kalian semua berpegang teguh kepada tali Allah dan tidak
bercerai berai dan kalian menasihati orang yang diangkat Allah untuk mengurusi
urusan kalian”.
Di Al-Musnad
dan lain-lain disebutkan hadits dari Jubair bin Muth’im ra bahwa
Nabi saw bersabda di khutbah beliau di Al-Khaif di Mina,
وفي " المسند " وغيره عن
جُبير بن مطعم أن النبي r قال في خطبته بالخيف من منى : " ثلاث لا يَغِلُّ عليهن قلبُ
امرئ مسلم : إخلاصُ العمل لله ، ومناصحة ولاة الأمر ، ولزومُ جماعة المسلمين
" ([5])
. وقد روي هذه الخطبة عن النبي r جماعةٌ منهم أبو سعيد الخُدري .
“Ada tiga hal di mana hati orang muslim tidak berkhianat dengannya;
mengikhlaskan amal perbuatan karena Allah, menasihati para pemimpin, dan berada
dijama‘ah kaum muslimin. “
Khutbah
Nabi saw di atas juga diriwayatkan sejumlah sahabat, di antaranya Abu
Sa’id A1-Khudri. Hadits Abu Sa’id Al-Khudri diriwayatkan dengan redaksi lain
oleh Ad-Daruquthni di Al-Afrad dengan sanad yang baik. Redaksinya ialah
bahwa Nabi saw bersabda,
أن النبي r قال : "
ثلاثٌ لا يَغِلُّ عليهن قلبُ امرئ مسلم : النصيحة لله ولرسوله ولكتابه ولعامة
المسلمين " ([6]).
“Ada tiga hal di mana hati orang muslim tidak berkhianat dengannya; nasihat
untuk Allah, Rasul-Nya, Kitab-Nya, dan seluruh kaum muslimin.”
Di Shahih Al
Bukhari dan Shahih muslim disebutkan hadits dari Ma’qil bin Yasar ra
dari Nabi saw yang bersabda,
وفي " الصحيحين " عن معقل بن يسار عن النبي r قال : " ما من عبد يسترعيه الله رعيةً ثمَّ لم يُحِطها بنصيحة إلا لم يَدْخُل الجنة " .
“Tidaklah seorang hamba
yang dipilih Allah untuk memimpin rakyat kemudian ia tidak meliputi mereka
dengan nasihat, melainkan ia tidak masuk surga.”
Di
Al-Qur’an, Allah Ta’ala menyebutkan tentang para Nabi Alaihimus-salam, bahwa
mereka menasihati umatnya masing-masing, seperti yang dijelaskan Allah Ta’ala
tentang Nabi Nuh dan Nabi Shalih. Allah Ta’ala berfirman,
ليس
على الضُّعفاء ولا على المرضى ولا على الذين لا يجدون ما يُنفقون حرجٌ إذا نصحُوا
لله ورسوله
“Tidak ada dosa (lantaran
tidak pergi berjihad) atas orang-orang yang lemah, atas orang-orang yang sakit
dan atas orang-orang yang tidak memperoleh apa yang akan mereka nafkahkan,
apabila mereka berlaku ikhlas kepada Allah dan Rasul-Nya “ (At Taubah: 91).
Maksudnya,
barangsiapa tidak bisa berangkat jihad karena udzur, ia tidak dosa karenanya
dengan syarat ia memberi nasihat untuk Allah dan Rasul-Nya tentang ketidakmampuannya
untuk berangkat jihad, karena orang-orang munafik memperlihatkan udzur dengan
bohong dan tidak berangkat jihad bukan memberi nasihat untuk Allah dan
Rasul-Nya.
Nabi saw menjelaskan bahwa agama adalah nasihat. Ini
menunjukkan bahwa nasihat itu mencakup seluruh bagian-bagian Islam, iman, dan
ihsan yang disebutkan di hadits Jibril dan beliau menamakan itu semua sebagai
agama, karena nasihat untuk Allah menghendaki seseorang mengerjakan seluruh
kewajiban sesempurna mungkin. Itulah derajat ihsan.
Nasihat untuk Allah tidak
sempurna tanpa hal tersebut dan tanpa kesempurnaan cinta yang wajib dan sunnah.
Nasihat untuk Allah juga menghendaki orang mendekat kepada Allah dengan
ibadah-ibadah sunnah sesempurna mungkin, meninggalkan hal-hal haram dan makruh
juga sesempurna mungkin.
Di hadits-hadits mursal Al-Hasan
disebutkan dan Nabi saw bersabda,
“Bagaimana
pendapat kalian jika salah seorang dari kalian mempunyai dua budak. Salah seorang
dari budak tersebut taat kepadanya jika ia memerintahkan sesuatu, menunaikan
amanah kepadanya jika ia memberikan amanah kepadanya, dan menasihatinya jika ia
pergi darinya. Sedang budak satunya membangkang kepadanya jika ia memerintahkan
sesuatu kepadanya, berkhianat kepadanya jika ia memberikan amanah kepadanya,
dan menipunya jika ia pergi darinya. Apakah kedua budak tersebut sama?” Para
sahabat menjawab, “Tidak “Nabi saw bersabda, “Begitu juga kalian disisi Allah
Azza wajalla. “ (Diriwayatkan Ibnu Abu Ad-Dunya).
Imam
Ahmad juga meriwayatkan hadits semakna dari Abu Al-Ahwash dari ayahnya dari
Nabi saw.”
Al-Fudhail
bin Iyadh berkata, “Cinta lebih baik daripada takut. Bagaimana pendapatmu
jika engkau mempunyai dua budak; salah satu dari keduanya mencintaimu sedang
budak satunya takut kepadamu? Budak yang cinta kepadamu akan menasihatimu; baik
engkau ada atau tidak ada karena cintanya kepadamu. Sedang budak yang takut
kepadamu bisa jadi menasihatimu jika engkau bersamanya karena ia takut kepadamu
dan bisa jadi menipumu jika engkau tidak bersama dengannya dan tidak menasniatimu.”
Abdul Aziz bin Rafi’
berkata bahwa Hawariyun berkata kepada Isa as, “Bagaimanakah amal perbuatan
yang ikhlas?” Isa as menjawab, “Yaitu amal perbuatan yang engkau tidak ingin
dipuji manusia dengannya.” Hawariyun berkata, “Apa nasihat untuk Allah?” Isa as
menjawab, “Yaitu hendaknya engkau memulai hak Allah Ta’ala sebelum hak manusia.
Jika dua hal dihadapkan kepadamu; salah satu dari keduanya karena Allah dan
satunya karena dunia, engkau harus memulai hak Allah Ta’ala.”
قال الخطابيُّ : النصيحة كلمة يُعبر بها
عن جملة هي إرادة الخير للمنصوح له ، قال : وأصلُ النصح في اللغة الخُلوص ، قال :
نصحتٌ العسل : إذا خلصته من الشمع .
Al-Khathabi berkata, “Nasihat ialah kata yang menjelaskan
sejumlah hal, yaitu menginginkan kebaikan pada orang yang diberi nasihat.” Ia
juga berkata, “Asal kata nasihat menurut bahasa ialah murni. Nashahtu Al-Asala,
maksudnya engkau memurnikan madu tersebut dari lilin.”
فمعنى النصيحة لله سبحانه : صحةُ
الاعتقاد في وحدانيته ، وإخلاصُ النية في عبادته
Jadi,
makna nasihat untuk Allah Subhanahu wa Ta’ala ialah meyakini keesaan-Nya
dengan benar dan mengikhlaskan niat ketika beribadah kepada-Nya.
،والنصيحة لكتابه : الإيمانُ به ، والعمل بما فيه ،
Makna nasihat untuk Kitab Allah ialah beriman kepadanya dan
mengamalkan isinya.
والنصيحة لرسوله : التصديق بنبوته ، وبذل الطاعة
له فيما أمر به ، ونهى عنه ،
Makna
nasihat untuk Rasul Allah ialah membenarkan kenabian beliau, taat terhadap apa
yang beliau perintahkan dan larang.
والنصيحةُ لعامة المسلمين
: إرشادهم إلى مصالحهم . انتهى .
Makna
nasihat untuk seluruh kaum muslimin ialah membimbing mereka kepada kemaslahatan
mereka.
Imam
Abu Abdullah Muhammad bin Nashr Al Marwazi di bukunya, Ta‘dzimu Qadrish
Shalat meriwayatkan dari salah seorang ulama yang menafsirkan
hadits di atas dengan penafsiran yang keindahannya tidak ada tandingannya. Di
sini, saya menukilnya lengkap dengan redaksinya. Muhammad bin Nashr berkata,
salah seorang ulama berkata, “Kesimpulan penafsiran tentang nasihat ialah kepedulian
hati kepada orang yang diberi nasihat siapa pun orangnya. Nasihat ada dua; wajib
dan sunnah. Nasihat wajib ialah untuk Allah yaitu adanya kepedulian yang tinggi
pemberi nasihat untuk mengikuti cinta Allah dengan menunaikan apa saja yang Dia
perintahkan dan menjauhi apa saja yang Dia larang. Sedang nasihat sunnah ialah
lebih mencintai Allah daripada diri sendiri. Jika dua hal dihadapkan kepada
seseorang; salah satunya untuk diri sendiri dan satunya untuk Tuhannya, ia
mendahulukan apa yang menjadi milik Tuhannya dan menunda apa yang menjadi milik
diri sendiri.”
Itulah kesimpulan penafsiran tentang nasihat untuk Allah; baik
nasihat wajib atau sunnah untuk-Nya. Ada
penafsiran lain tentang nasihat untuk Allah dan sebagian penafsiran tersebut
akan saya sebutkan agar orang yang tidak memahami kesimpulan penafsiran
tersebut menjadi paham.
Nasihat untuk Allah yang wajib ialah menjauhi larangan-Nya dan
mengerjakan kewajiban-Nya dengan seluruh organ tubuh selagi mampu
melakukannya. Jika seseorang tidak mampu mengerjakan kewajiban-Nya karena salah
satu kendala yang terjadi padanya, misalnya sakit, tertahan, dan lain
sebagainya, ia bertekad mengerjakan apa yang diwajibkan kepadanya jika kendala
yang merintanginya telah hilang darinya. Allah Ta’ala berfirman,
“Tidak
ada dosa (lantaran tidak pergi berjihad) atas orang-orang yang lemah, atas
orang-orang yang sakit dan atas orang-orang yang tidak memperoleh apa yang akan
mereka nafkahkan, apabila mereka berlaku ikhlas kepada Allah dan Rasul-Nya;
tidak ada jalan sedikitpun untuk menyalahkan orang-orang yang berbuat baik dan
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang .” (At Taubah: 91).
Allah Ta’ala menamakan orang-orang seperti ayat di atas
sebagai orang-orang yang berbuat baik (Muhsinin) karena nasihat mereka
kepada Allah dengan hati mereka ketika mereka tidak dapat berangkat jihad
dengan jiwa mereka. Terkadang seluruh amal perbuatan dihilangkan dari seorang
hamba di salah satu kondisi, namun nasihat untuk Allah tetap tidak dihilangkan
darinya. Jika pada jenis sakit terdapat satu kondisi yang membuat penderitanya
tidak dapat mengerjakan sesuatu apa pun dengan organ tubuhnya bahkan dengan
lidahnya dan lain-lain, namun akalnya tetap ada, maka nasihat untuk Allah tidak
gugur darinya yaitu di hati dalam bentuk menyesali dosa-dosanya dan harus -jika
ia sehat kembali- mengerjakan apa saja yang diwajibkan Allah kepadanya dan
menjauhi apa saja yang Dia larang kepadanya. Jika tidak begitu, ia tidak
termasuk pemberi nasihat kepada Allah dengan hatinya.
Begitu juga nasihat untuk Allah dan Rasul-Nya dalam apa saja yang
beliau wajibkan kepada manusia dan perintah Tuhannya. Di antara bentuk nasihat
wajib untuk Allah ialah seseorang tidak ridha dengan kemaksiatan pelaku maksiat
dan mencintai ketaatan orang yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya.
Sedang nasihat sunnah untuk Allah ialah mencurahkan kemampuan dengan
cara mengutamakan Allah atas semua yang dicintai hati dan dengan seluruh organ
tubuh hingga tidak tersisa pada diri pemberi nasihat penghormatan kepada selain
Allah. Karena jika pemberi nasihat bersungguh-sungguh, ia tidak akan mengutamakan
dirinya atas Allah dan mengerjakan apa saja yang mendatangkan kebahagiaan dan
kecintaan-Nya. Begitu juga pemberi nasihat untuk Allah. Barangsiapa mengerjakan
amal-amal sunnah untuk Allah dengan tidak bersungguh-sungguh, ia pemberi nasihat
sesuai dengan kadar amalnya dan tidak layak terhadap kesempurnaan nasihat.
Sedang
nasihat untuk Kitabullah ialah amat mencintainya, mengagungkan isinya karena
Kitabullah adalah firman Allah, berkeinginan kuat memahaminya, sangat peduli
untuk merenungkannya, dan berhenti untuk memikirkannya ketika membacanya untuk
mencari makna-makna yang dicintai Allah untuk ia pahami dan mengerjakannya
setelah memahaminya. Demikian pula termasuk orang yang menasehati dari kalangan
hamba, ia memahami wasiat orang yang menasihatinya. Jika ia mendapatkan sunat
darinya, ia berusaha keras memahaminya agar ia bisa mengerjakan apa yang ia
tulis di suratnya. Begitu juga pemberi nasihat untuk Kitabullah, ia berusaha
keras memahaminya agar ia bisa mengerjakan apa saja yang diperintahkan Allah
sesuai dengan yang Dia cintai dan ridhai, kemudian menyebarkan apa yang ia
pahami kepada manusia, dan tidak henti-hentinya mengkajinya dengan cara
mencintainya, berakhlak dengan akhlaknya, dan beretika dengan etikanya.
Adapun
nasihat untuk Rasulullah saw pada masa hidup beliau maka dalam bentuk
mencurahkan segenap tenaga untuk taat kepada beliau, menolong dan membantu
beliau, memberikan harta jika beliau menginginkannya, dan bersegera mencintai
beliau. Adapun nasihat untuk Rasulullah saw sepeninggal beliau maka
dalam bentuk serius mencari sunnah beliau, mengikuti akhlak dan etika beliau,
mengagungkan beliau, beramal sesuai dengan beliau, sangat marah dan berpaling
dari siapa saja yang beragama dengan menyalahi sunnah beliau, marah kepada
siapa saja yang menyia-nyiakan sunnah karena lebih mementingkan dunia kendati
ia beragama dengannya, mencintai siapa saja yang mempunyai hubungan dengan
beliau; baik karena kekerabatan, atau pernikahan, atau hijrah, atau pertolongan,
atau persahabatan di atas Islam kendati sesaat di malam atau siang hari, meniru
beliau dalam penampilan dan pakaian beliau.
Adapun
nasihat untuk para pemimpin kaum muslimin maka dalam bentuk cinta kebaikan,
petunjuk, dan keadilan mereka, cinta persatuan umat kepada mereka, benci perpecahan
umat kepada mereka, mentaati mereka dalam taat kepada Allah Azza wa Jalla, marah
kepada orang yang membelot dari mereka, dan cinta keperkasaan mereka dalam
taat kepada Allah Azza wa Jalla .
Adapun
nasihat untuk seluruh kaum muslimin maka dalam bentuk mencintai untuk mereka
apa yang dicintai untuk dirinya sendiri, membenci untuk mereka apa yang ia
benci untuk diri sendiri, berbelas kasih terhadap mereka, menyayangi anak-anak
kecil dari mereka, hormat pada orang-orang tua dari mereka, sedih karena kesedihan
mereka, bahagia karena kebahagiaan mereka kendati hal tersebut merugikan
dunianya seperti misalnya memurahkan harga untuk mereka dan kendati membuatnya
tidak mendapatkan keuntungan dari hasil penjualannya - sikap yang sama juga
terhadap apa saja yang merugikan mereka -, mencintai kebaikan dan persatuan
mereka, cinta kelanggengan nikmat pada mereka, menolong mereka dalam menghadapi
musuh mereka, dan menolak semua bahaya dari mereka.
Abu Amr bin Ash-Shalah
berkata, “Nasihat ialah kata universal yang mencakup pengerjaan oleh pemberi
nasihat terhadap sejumlah kebaikan; dalam bentuk keinginan dan amal perbuatan,
untuk pihak penerima nasihat.
Nasihat untuk Allah
Ta’ala ialah mentauhidkan Allah, menyifati-Nya dengan sifat-sifat kesempurnaan
dan keagungan, membersihkan-Nya dari apa saja yang berlawanan dan menyalahi sifat-sifat-Nya,
menjauhi semua maksiat, mentaati dan cinta kepada-Nya dengan ikhlas, mencintai
dan membenci karena-Nya, memerangi siapa saja yang kafir kepada-Nya dan apa
saja yang serupa dengan hal tersebut, mengajak kepada-Nya, dan mendorong
manusia untuk berjihad di jalan-Nya.
Nasihat untuk
Kitabullah ialah beriman kepadanya, mengagungkan dan membersihkannya,
membacanya dengan bacaan yang sebenar-benarnya, memikirkan perintah-perintah
dan larangan-larangannya, memahami ilmu-ilmu dan perumpamaan-perumpamaannya,
mengkaji ayat-ayatnya, mengajak manusia kepadanya, mempertahankan dari
perubahan yang dilakukan oleh orang-orang yang melewati batas, dan pelecehan
oleh orang-orang yang kafir.
Nasihat untuk
Rasulullah saw mirip dengan point sebelumnya yaitu beriman kepada beliau dan
apa saja yang beliau bawa dari Allah, mengagungkan beliau, menghormati beliau,
taat kepada beliau, menghidupkan Sunnah beliau, mengutamakan ilmu-ilmu Sunnah
beliau, menyebarkannya, memusuhi siapa saja yang memusuhi beliau dan Sunnah
beliau, bersahabat dengan siapa saja yang loyal dengan beliau dan Sunnah
beliau, berakhlak dengan akhlak beliau, beretika dengan etika beliau, mencintai
keluarga beliau dan para sahabat, serta hal-hal lainnya.
Nasihat untuk para
pemimpin kaum muslimin ialah membantu mereka dalam kebenaran, taat kepada
mereka dalam hal tersebut mengingatkan mereka kepada hal tersebut, menasihati
mereka dengan santun, tidak menyerang mereka, mendoakan kebaikan untuk mereka,
dan lain-lain.
Nasihat untuk seluruh
kaum muslimin ialah membimbing mereka kepada kemaslahatan-kemaslahatan, mengajari
mereka dalam urusan agama dan dunia mereka, menutup aurat mereka, menutup celah
mereka, menolong mereka dalam menghadapi musuh mereka, membela mereka, tidak menipu
dan dengki kepada mereka, mencintai untuk mereka apa yang ia cintai untuk
dirinya sendiri, benci untuk mereka apa yang ia benci untuk dirinya sendiri,
dan lain-lain.”
Di antara bentuk lain nasihat untuk seluruh kaum muslimin ialah
membuang gangguan dan bahaya dari mereka, mengutamakan orang-orang fakir
mereka, mengajari orang bodoh mereka, mengembalikan kepada kebenaran dengan
santun siapa saja yang berpaling dari kebenaran dalam perkataan dan perbuatan,
dan lemah lembut kepada mereka dalam melakukan amar ma’ruf dan nahi
munkar karena ingin menghilangkan kerusakan mereka kendati hal tersebut
merugikan dunianya seperti dikatakan salah seorang dari generasi salaf, “Aku
ingin manusia taat kepada Allah kendati dagingku dipotong dengan gunting.” Umar
bin Abdul Aziz berkata, “Duhai seandainya aku mengamalkan Kitabullah di
tengah-tengah kalian dan kalian juga mengamalkannya. Setiap kali aku
mengamalkan sunnah di tengah-tengah kalian, hilanglah salah satu organ tubuh
dariku hingga yang terakhir hilang dariku ialah nyawaku.”
Di
antara bentuk nasihat untuk Allah Ta’ala, Kitab-Nya, dan Rasul-Nya ini
termasuk salah satu masalah yang diperhatikan khusus oleh para ulama- ialah
menolak seluruh hawa nafsu yang sesat dengan Al-Qur’an dan Sunnah, menjelaskan
petunjuk keduanya kepada apa saja yang ditentang seluruh hawa nafsu, meng-counter
seluruh perkataan lemah; ketergelinciran para ulama, menerangkan petunjuk Al-Qur’an
dan Sunnah pada saat meng-counter, menjelaskan hadits shahih dari Nabi saw dan
hadits yang tidak shahih dari beliau dengan menerangkan kondisi para perawinya,
siapa saja yang riwayatnya bisa diterima dan tidak bisa diterima dari mereka,
dan menjelaskan siapa saja perawi tepercaya yang riwayatnya boleh diterima.
Di
antara bentuk nasihat teragung ialah memberi nasihat kepada orang yang meminta
pertimbangan dalam urusannya, seperti disabdakan Nabi saw,
“Jika salah seorang dari kalian meminta nasihat
kepada saudaranya, hendaklah saudaranya menasihatinya.’
Disebutkan di salah satu hadits,
“Diantara hak orang muslim atas orang muslim lainnya ialah menasihatinya
jika ia tidak berada di tempat.”
Maksudnya,
jika seorang muslim yang tidak ada di tempat disebutkan dengan tidak baik, maka
saudaranya menolongnya dan menolak hal tersebut . Jika orang muslim
melihat orang ingin menyakiti saudaranya yang tidak berada di tempat, ia
menahannya dari keinginannya tersebut, karena nasihat tanpa diketahui penerima
nasihat itu menunjukkan kebenaran nasihat. Bisa jadi, seseorang memperlihatkan
nasihat kepada orang lain di depannya karena ingin mencari muka kemudian ia
mengkhianatinya jika ia tidak berada di tempat.
Al-Hasan berkata, “Engkau
tidak sampai pada nasihat kepada saudaramu dengan nasihat yang sebenarnya
hingga engkau menyuruhnya dengan sesuatu yang tidak bisa engkau lakukan.”
Al-Hasan berkata, salah
seorang sahabat Rasulullah saw berkata, “Demi Dzat yang jiwaku berada
di Tangan-Nya, jika kalian mau, aku pasti bersumpah dengan nama Allah untuk
kalian sesungguhnya hamba-hamba Allah yang paling dicintai-Nya ialah
hamba-hamba yang membuat manusia cinta Allah, membuat Allah cinta kepada
mereka, dan menyebarkan nasihat di muka bumi.”
Farqad As-Sabakhi berkata,
قرأت
في بعض الكتب المحب لله عز وجل أمير مؤمر على الأمراء زمرته أول الزمر يوم القيامة
ومجلسه أقرب المجالس فيما هناك والمحبة فيما هناك والمحبة منتهى القربة والاجتهاد
ولن يسأم المحبون من طول اجتهادهم لله عز وجل ويحبونه ويحبون ذكره ويحببون إلى
خلقه يمشون بين خلقه بالنصائح ويخافون عليهم من أعمالهم يوم تبدو الفضائح أولئك
أولياء الله وأحباؤه وصفوته أولئك الذين لا راحة لهم دون لقائه
“Aku baca salah satu
kitab dan di dalamnya tertulis, ‘Orang yang cinta Allah Azza wa Jalla ialah
gubernur yang diperintah membawahi para gubernur, kelompoknya adalah kelompok
pertama kali pada hari kiamat, dan tempat duduknya ialah tempat duduk yang
paling dekat dengan apa saja yang ada di sana.
Cinta ialah puncak taqarrub dan kesungguhan. Para pecinta Allah tidak bosan
dengan kesungguhan mereka yang lama untuk Allah Azza wa Jalla, mereka mencintai
Allah, senang dzikir kepada-Nya, membuat-Nya mencintai makhluk-Nya, berjalan di
depan hamba-hamba-Nya dengan membawa nasihat, dan menakutkan amal perbuatan
mereka pada hari semua keburukan terlihat dengan jelas. Itulah wali-wali Allah,
orang-orang kecintaan-Nya, orang-orang pilihan-Nya, dan orang-orang yang tidak
mempunyai kesenangan kecuali setelah bertemu dengan-Nya.”
Tentang ucapan Abu Bakar
Al Muzani, “Abu Bakar Ash-Shiddiq ra tidak mengungguli sahabat-sahabat
Rasulullah saw dengan puasa dan shalat, namun dengan sesuatu yang ada di
hatinya,” Ibnu Ulaiyyah berkata, “Yang ada di hati Abu Bakar Ash-Shiddiq
ialah cinta karena Allah Azza wa Jalla dan nasihat untuk makhluk-Nya.”
Al Fudhail bin Iyadh
berkata, “Orang yang berjumpa kami tidak melihat kami banyak shalat dan
puasa, namun ia melihat kami banyak pemurah, lapang dada, dan memberi nasihat
kepada umat.”
Ibnu Al Mubarak pernah
ditanya, “Amal perbuatan apakah yang paling baik?” Ibnu Al- Mubarak
menjawab, “Nasihat untuk Allah.”
Ma’mar berkata, “Ada yang mengatakan bahwa
manusia yang paling bagus nasihatnya kepadamu ialah orang yang takut kepada
Allah berkenaan dengan dirimu.”
Generasi
salaf jika ingin menasihati seseorang, mereka menasihatinya secara rahasia,
hingga salah seorang dari mereka berkata, “Barangsiapa menasihati saudaranya
secara empat mata, itulah nasihat. Barangsiapa menasihatinya di depan manusia,
sungguh ia sedang menjelek-jelekkannya.”
Al-Fudhail
bin Iyadh berkata, “Orang Mukmin menutup aib dan menasihati, sedang orang
jahat membuka aib dan menjelek-jelekkan.”
Abdul
Aziz bin Abu Rawwad berkata, “Jika salah seorang dari orang-orang sebelum
kalian melihat keburukan pada saudaranya, ia menyuruhnya dengan lemah lembut,
kemudian ia diberi pahala karena perintahnya kepada kebaikan dan larangannya
dari kemungkaran. Juga ada salah seorang dari mereka membuat kegaduhan
tentang saudaranya yang membuat ia marah kepadanya dan membuka aib dirinya.”
Ibnu
Abbas ra pernah ditanya tentang menyuruh penguasa kepada kebaikan dan
melarangnya dari kemungkaran kemudian Ibnu Abbas menjawab, “Jika engkau
harus melakukannya maka, lakukanlah secara empat mata.”
Imam
Ahmad berkata, “Orang muslim tidak wajib menasihati orang dzimmi namun ia
wajib menasihati orang muslim.”
Nabi saw bersabda,
“Nasihat itu milik setiap muslim. Ia harus menasihati jama‘ah kaum muslimin
dan mereka secara keseluruhan.”
ooOoo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar