عن أنس بن مالك ـ رضي الله عنه ـ قال : قال النبي ـ صلى الله عليه وسلم ـ : " لا يجد أحد حلاوة الإيمان ، حتى يحب المرء لا يحبه إلا لله ، وحتى أن يقذف في النار أحب إليه من أن يرجع إلى الكفر بعد إذ أنقذه الله ، وحتى يكون الله ورسوله أحب إليه مما سواهما " . رواه البخاري .
Dari Anas bin Malik ra berkata: Nabi Muhammad saw bersabda: Seseorang tidak akan pernah mendapatkan manisnya iman sehingga ia mencintai seseorang, tidak mencintainya kecuali karena Allah; sehingga ia dilemparkan ke dalam api lebih ia sukai daripada kembali kepada kekufuran setelah Allah selamatkan darinya; dan sehingga Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai daripada selainnya. HR Al Bukhari.
Penjelasan:
باب : الحب في الله : Mencintai karena Allah, tidak bercampur riya dan nafsu
ولا يجد أحد حلاوة الإيمان : Seseorang tidak akan mendapatkan manisnya iman. Iman diserupakan dengan madu, karena keduanya memiliki kesamaan pada kecenderungan hati kepadanya. Dilekatkan pula kepada iman itu yang menjadi ciri madu yaitu rasa manis.
وحتى يكون الله ورسوله أحب إليه مما سواهما " : dan sehingga Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai daripada selainnya.
محبة الله : إرادة طاعته ، ومحبة رسوله : متابعته : Mencintai Allah adalah dengan mentaati-Nya, sedangkan mencintai Rasulullah dengan mengikutinya.
Cintai alami tidak masuk dalam bab ikhtiar (pilihan), maka yang dimaksudkan adalah cinta ’aqli (logis) yaitu mendahulukan apa yang dikehendaki akal, dan yang menjadi pilihannya, meskipun bertentangan dengan hawa nafsu. Seperti orang sakit yang minum obat, ia mengambil dengan pilihannya, karena mengharapkan kesembuhan.
Penggunaan dhamir (kata ganti) pada kalimat سواهما selain keduanya.
Sementara pernah seorang khathib (penceramah) yang mentatsniyahkan dhamir dalam ucapannya: ومن عصاهما فقد غوى dan barang siapa yang mendurhakai keduanya maka ia telah tersesat. Lalu menyuruhnya untuk menggunakan dhamir mufrad yaitu dengan mengucapkan: ومن عصى الله فقد غوى barang siapa yang mendurhakai Allah maka ia tersesat. ومن عصى الرسول فقد غوى Dan barang siapa yang mendurhakai Rasulullah maka ia tersesat. Menunjukkan bahwa yang diperhitungkan di sini adalah kumpulan dua cinta. Berbeda dengan ungkapan khatib tadi, masing-masing maksiyat berdiri sendiri.
Dari hadits ini dapat diambil pelajaran:
1. Mencintai seseorang karena mencari ridha Allah, seperti cintanya dalam ikut serta berjihad di jalan Allah, tidak untuk tujuan duniawi
2. Memilih dilemparkan ke dalam api daripada kembali menjadi kafir. Orang yang telah sempurna imannya tidak ada apapun yang bisa merubahnya kafir. Ia tidak mengingkari ajaran agama yang telah diyakini seperti shalat yang telah Allah wajibkan, tidak menghalalkan apa yang telah Allah haramkan, seperti khamr, atau mengharamkan yang halal,
3. Mendahulukan cinta kepada Allah dan Rasul-Nya mengalahkan selainnya. Orang yang sempurna imannya kepada Allah dan Rasul-Nya lebih kuat baginya daripada hak ayahnya, ibunya, anaknya, isterinya dan semua manusia. Karena mendapatkan petunjuk dari kesesatan, terbebaskan dari neraka hanya bisa karena Allah lewat seruan Rasul-Nya. Dan di antara ciri hal ini adalah membela Islam dengan ucapan dan perbuatan, mengamalkan syariat Islam, mengikuti sunnah Nabi Muhammad, berakhlak dengan akhlak Rasulullah saw.
CINTA BERASAL DARI ALLOH SWT
عن أبي هريرة ـ رضي الله عنه ـ عن النبي ـ صلى الله عليه وسلم ـ قال : " إذا أحب الله عبداً ، نادى جبريل : إن الله يحب فلاناً فأحبه فيحبه جبريل ، فينادي جبريل في أهل السماء : إن الله يحب فلاناً ، فأحبوه ، فيحبه أهل السماء ، ثم يوضع له القبول في الأرض " .رواه البخاري ، ومسلم ،والبزار
Dari Abu Hurairah ra dari Nabi Muhammad saw bersabda: Jika Allah mencintai seorang hamba, Allah memanggil Jibril: ”Sesungguhnya Allah mencintai fulan, maka cintailah ia, lalu Jibril mencintainya. Lalu Jibril memanggil penduduk langit:”Sesungguhnya Allah mencintai fulan, maka cintailah ia, maka penduduk langit mencintainya. Kemudian diletakkah baginya penerimaan di bumi. HR AL Bukhari, Muslim dan Al Bazzar.
Penjelasan:
المقة Mim dibaca kasrah, qaf dibaca mukhaffafah (tanpa tasydid) artinya: cinta
Ahmad, Ath Thabraniy, dan Ibnu Abi Syaibah meriwayatkan dari Abu Umamah ra, bahwa Nabi Muhammad saw bersabda:
" المقة من الله ، والصيت من السماء ، فإذا أحب الله عبداً نادى جبريل إلى آخر الحديث
Cinta itu dari Allah, dan popularitas itu dari langit. Maka ketika Allah mencintai seorang hamba, Allah memanggil Jibril...
Al Bazzar meriwayatkan dari Abu Hurairah ra bahwa Nabi Muhammad saw bersabda:
ما من عبد إلا وله صيت في السماء ، فإن كان حسناً وضع في الأرض ، وإن كان سيئاً وضع في الأرض
tidak ada seorang hamba kecuali ia memiliki popularitas di langit. Jika baik popularitasnya diletakkan di bumi, dan jika buruk diletakkan pula di bumi.
الصيت Shad tanpa titik dibaca kasrah, ya’ bertitik dua di bawah dibaca sukun, diikuti ta’ bertitik dua di atas. Berasal dari kata: الصوت :suara. Seperti kata الريح dari kata: الروح maksudnya adalah الذكر الجميل sebutan baik, terkadang dipakai untuk lawan maknanya, dengan catatan tertentu.
إذا أحب الله عبدا Jika Allah mencintai seorang hamba. Al Bukhariy meriwayatkan dari Abu Hurairah ra dari Nabi Muhammad saw meriwayatkan dari Rabbnya, yang berfirman:
ولا يزال عبدي يتقرب إليّ بالنوافل حتى أُحبه
dan hamba-Ku tidak henti-hentinya mendekatkan diri kepada-Ku dengan ibadah sunnah sehingga Aku mencintainya..
إن الله يحب فلاناً فأحبه sesungguhnya Allah mencintai fulan maka cintailah dia. Dalam riwayat lain فأحببه ha’ dibaca sukun, ba’ pertama dibaca kasrah dan ba’ kedua dibaca sukun, tidak di-idzgham-kan.
ثم يوضع له القبول في أهل الأرض Kemudian diletakkan baginya penerimaan di bumi. At Tirmidziy dan Ibnu Hatim menambahkan dari jalur Sahl dari ayahnya setelah ini, kemudian Rasulullah saw membaca:
إن الذين آمنوا وعملوا الصالحات سيجعل لهم الرحمن ودا
96. Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, kelak Allah yang Maha Pemurah akan menanamkan dalam (hati) mereka rasa kasih sayang. (Qs. Maryam : 96)
Imam Muslim menambahkan:
وإذا أبغض عبداً دعا جبريل : إن الله يبغض فلاناً فأبغضه ، فيبغضه جبريل ، فينادي جبريل في أهل السماء : إن الله يبغض فلاناً فأبغضوه ، فيبغضه أهل السماء ، ثم يوضع له البغضاء في الأرض
Dan jika membenci seorang hamba, memanggil Jibril: Sesungguhnya Allah membenci fulan maka bencilah ia, lalu Jibril membencinya. Kemudian Jibril memanggil penduduk langit: Sesungguhnya Allah membenci fulan, maka bencilah ia, lalu penduduk langit membencinya, kemudian diletakkanlah penerimaan baginya di bumi.
Dan yang dimaksud dengan القبول : penerimaan dalam hadits di atas adalah menerimanya dengan mahabbah/cinta, berpihak kepadanya, dan meridhainya.
Dari hadits ini dapat diambil pelajaran bahwa rasa cinta ummat manusia adalah salah satu ciri cinta Allah.
Maksud dari :
محبة الله :cinta Allah adalah: Allah menghendaki kebaikan hamba itu, mendapatkan pahala.
Sedangkan محبة الملائكة : cinta para malaikat adalah istighfar (permintaan) ampunan malaikat bagi mereka, mengharapkan mereka mendapatkan kebaikan dunia akhirat, hati mereka berpihak kepadanya karena ketaatannya kepada Allah.
محبة العباد : Cinta para hamba adalah pandangan mereka tentang baiknya kualitas mereka, mereka ingin menghindarkannya dari keburukan semaksimal mungkin.
والحب على ثلاثة أقسام : إلهي ، وروحاني ، وطبيعي
Cinta itu ada tiga macam, ilahiy, ruhaniy, dan tabi’iy (alamiy).
Hadits bab ini mencakup ketiga macam cinta tadi. Cinta Allah kepada hamba-Nya adalah cinta Ilahiy, cinta Jibril kepada manusia adalah cinta ruhani, dan cinta sesama hamba adalah cinta thabi’iy.
Taujih Tarbawi:
1. Mendapatkan rasa cinta dari sesama manusia adalah salah satu ciri mendapatkan cinta Allah
2. Urgensi doa dan istighfar dalam kehidupan seorang muslim.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar