والمرسلات عرفا(1)
فالعاصفات عصفا(2)
والناشرات نشرا(3)
فالفارقات فرقا(4)
فالملقيات ذكرا(5)
عذرا أو نذرا(6)
إنما توعدون لواقع(7)
فإذا النجوم طمست(8)
وإذا السماء فرجت(9)
وإذا الجبال نسفت(10)
وإذا الرسل أقتت(11)
لأي يوم أجلت(12)
ليوم الفصل(13)
وما أدراك ما يوم الفصل(14)
ويل يومئذ للمكذبين(15)
ألم نهلك الأولين(16)
ثم نتبعهم الآخرين(17)
كذلك نفعل بالمجرمين(18)
ويل يومئذ للمكذبين(19)
ألم نخلقكم من ماء مهين(20)
فجعلناه في قرار مكين(21)
إلى قدر معلوم(22)
فقدرنا فنعم القادرون(23)
ويل يومئذ للمكذبين(24)
ألم نجعل الأرض كفاتا(25)
أحياء وأمواتا(26)
وجعلنا فيها رواسي شامخات وأسقيناكم ماء فراتا(27)
ويل يومئذ للمكذبين(28)
انطلقوا إلى ما كنتم به تكذبون(29)
انطلقوا إلى ظل ذي ثلاث شعب(30)
لا ظليل ولا يغني من اللهب(31)
إنها ترمي بشرر كالقصر(32)
كأنه جمالت صفر(33)
ويل يومئذ للمكذبين(34)
هذا يوم لا ينطقون(35)
ولا يؤذن لهم فيعتذرون(36)
ويل يومئذ للمكذبين(37)
هذا يوم الفصل جمعناكم والأولين(38)
فإن كان لكم كيد فكيدون(39)
ويل يومئذ للمكذبين(40)
إن المتقين في ظلال وعيون(41)
وفواكه مما يشتهون(42)
كلوا واشربوا هنيئا بما كنتم تعملون(43)
إنا كذلك نجزي المحسنين(44)
ويل يومئذ للمكذبين(45)
كلوا وتمتعوا قليلا إنكم مجرمون(46)
ويل يومئذ للمكذبين(47)
وإذا قيل لهم اركعوا لا يركعون(48)
ويل يومئذ للمكذبين(49)
فبأي حديث بعده يؤمنون(50)
Meyakini akan terjadinya hari kiamat
Bukankah Kami menciptakan kamu dari air yang hina?Kemudian Kami letakkan dia dalam tempat yang kokoh (rahim), Sampai waktu yang ditentukan, Lalu Kami tentukan (bentuknya), Maka Kami-lah sebaik-baik yang menentukan. Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan. Bukankah Kami menjadikan bumi (tempat) berkumpul, Orang-orang hidup dan orang-orang mati?Dan Kami jadikan padanya gunung-gunung yang tinggi, dan Kami beri minum kamu dengan air tawar?Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan. (Dikatakan kepada mereka pada hari kiamat): "Pergilah kamu mendapatkan azab yang dahulunya kamu mendustakannya. Pergilah kamu mendapatkan naungan yang mempunyai tiga cabang. Yang tidak melindungi dan tidak pula menolak nyala api neraka". Sesungguhnya neraka itu melontarkan bunga api sebesar dan setinggi istana. Seolah-olah ia iringan unta yang kuning. Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan. Ini adalah hari, yang mereka tidak dapat berbicara (pada hari itu), Dan tidak diizinkan kepada mereka minta uzur sehingga mereka (dapat) minta uzur. Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan. Ini adalah hari keputusan; (pada hari ini) Kami mengumpulkan kamu dan orang-orang terdahulu. Jika kamu mempunyai tipu daya, maka lakukanlah tipu dayamu itu terhadap-Ku. Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan. Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada dalam naungan (yang teduh) dan (di sekitar) mata-mata air. Dan (mendapat) buah-buahan dari (macam-macam) yang mereka ingini. (Dikatakan kepada mereka): "Makan dan minumlah kamu dengan enak karena apa yang telah kamu kerjakan". Sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan. (Dikatakan kepada orang-orang kafir): "Makanlah dan bersenang-senanglah kamu (di dunia dalam waktu) yang pendek; Sesungguhnya kamu adalah orang-orang yang berdosa". Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan. Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Rukuklah, niscaya mereka tidak mau ruku'. Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan. Maka kepada perkataan apakah sesudah Al Quran ini mereka akan beriman?
Pengantar:
Sarah ini sangat tajam ciri-cirinya, keras pe¬mandangannya, dan kuat kesannya, sehingga seakan-akan cemeti dari api yang menyengat. Ia menghentikan hati seolah-olah sedang menghadapi mahkamah yang menakutkan. Di mahkamah itu, hati menghadapi pertanyaan-pertanyaan, sanggahan-sanggahan, dan ancaman-ancaman yang melun¬cur bagaikan anak panah lepas dari busurnya.
Selain itu, surat ini juga membentangkan pemandangan-pemandangan alam dan akhirat, hakikat-hakikat alam dan jiwa, dan pemandangan-pemandangan yang mengerikan beserta azab dalam seluruh paparannya. Setiap bentangan dan pemandangan dikomentari dengan pukulan terhadap hati yang berdosa seakan-akan pukulan api, 'Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakanl"
Komentar seperti itu diulang sepuluh kali dalam surat
ini. Apa yang disebutkan dalam komentar ini pasti terjadi, dan ia sangat cocok
dengan sifat-sifatnya yang tajam, pemandangannya yang keras, dan kesannya yang kuat. Ketetapan ini
mengingatkan kita kepada apa yang disebutkan secara berulang-ulang di dalam surat
Ar Rahmaan
yang memberi komentar pada setiap kali selesai menyebutkan kenikmatan Allah kepada hamba-hamba-Nya
dengan kalimat, 'Maka, nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?" Juga mengingatkan kita kepada ketetapan yang disebutkan berulang-ulang di dalam surat
Al Qamar setiap kali usai menyebut satu putaran azab dengan kalimat, "Maka, alangkah
dahsyatnya azab-Ku dan ancaman ancaman-Ku!"
Pengulangan
kalimat, "Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi
orang-orang yang mendustakan" memberikan ciri khusus bagi surat ini dan memberikan nilai rasa
yang berbeda secara tajam dengan surat lainnya.
Segmen-segmen dan bagian-bagian surat disebutkan
secara beruntun dengan kalimat-kalimat
yang pendek, cepat, keras, dan
rimanya (sajak) bermacam-macam. Setiap bagian dengan rima tersendiri, dan kadang-kadang terjadi perulangan sajak
sekali-sekali. Segmen-segmen,
bagian-bagian, dan sajak-sajaknya
dengan sengatan dan kekerasannya yang
khusus, menjadikan susunannya begitu indah yang datang susul-menyusul, satu demi satu. Hampir belum sadar seseorang dari merasakan satu kesan, tiba-tiba
datang kesan lain, tetapi tetap dalam kekerasan dan sengatannya. Sejak
permulaan surat sudah bertiup kencang udara
yang menebarkan pemandangan
Demi
malaikat-malaikat yang diutus untuk membawa kebaikan, Dan (Malaikat-malaikat)
yang terbang dengan kencangnya, Dan (Malaikat-malaikat) yang menyebarkan
(rahmat Tuhannya) dengan seluas-luasnya. Dan (Malaikat-malaikat) yang
membedakan (antara yang hak dan yang bathil) dengan sejelas-jelasnya, Dan
(Malaikat-malaikat) yang menyampaikan wahyu, Untuk menolak alasan-alasan atau
memberi peringatan. (Al Mursalat : 1-6)
Ini adalah pembukaan yang
sangat relevan dengan suasana surat dan
bayang-bayangnya. Dalam bab ini, Al Qur’an
menggunakan metode khusus dalam
memilih bingkai pemandanganpemandangan
dalam beberapa surat, dari jenis pemandangan
seperti ini dengan segala kekuatantema.
Ini adalah salah satu contohnya, sebagaimana ia memilih bingkai waktu dhuha dan malam apabila gelap gulita,
bagi pemandangan tentang pemeliharaan,
kasih sayang, dan perlindungan sebagainana disebutkan dalam surat
Adh-Dhuhaa.,Juga bingkai pemandangan
tentang kuda-kuda yang lari terengah-engah
dan meringkik keras dengan menebarkan debu-debu, sebagai pemandangan tent:ang
bakal dibongkarnya kubur (dikeluarkannya manusia dari kubur) dan ditampakkannya apa yang disimpan di dalam dada
sebagaimana disebutkan di dalam surat
Al 'Aadiyaat
Setiap segmen dari sepuluh segmen yang ada dalam surat ini
menggambarkan suatu perjalanan di alam semesta. Surat ini berpindah bersamanya ke hamparan-hamparan yang
luas dari renungan, perasaan, getaran-getaran hati, pengaruh, dan respons-respons. Ia beralih
dari hamparan ungkapan dan kalimat, seakan-akan ia adalah anak-anak panah yang menunjuk kepada alam
yang beraneka macam.
Perjalanan pertama adalah berkeliling-keliling pada pemandangan hari keputusan,
yang melukiskan terjadinya pembalikan-pembalikan alam makro di langit dan di bumi.
Yaitu, saat berakhirnya tugas para Rasul dalam membuat perhitungan bersama manusia,
'Apabila bintang-bintang telah dihapuskan, langit
telah dibelah, gunung-gunung telah dihancurkan menjadi debu, dan Rasul-Rasul
telah ditetapkan waktu (mereka), (niscaya dikatakan kepada mereka), 'Sampai hari apakah
ditangguhkan (mengazab orang-orang kafir
itu) ? 'Sampai hari keputusan.
Tahukah kamu, apakah hari keputusan
itu ? Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan. " (Al Mursalaat: 8-15)
Perjalanan kedua adalah bersama orang-orang dahulu dan isyarat
tentang sunnah Allah yang terjadi pada orang-orang yang mendustakan agama-Nya,
'Bukankah Kami telah membinasakan orang-orang yang
dahulu. Lalu Kami iringi (azab Kami terhadap) mereka dengan (mengazab)
orang-orang yang datang kemudian. Demikianlah Kami berbuat terhadap orang-orang yang
berdosa. Kecelakaan besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang
mendustakan." (Al Mursalaat: 16-19)
Perjalanan ketiga adalah bersama dengan penciptaan pertama
dengan takdir dan pengaturan yang menyertainya,
Bukankah Kami menciptakan kamu dari air yang hina?
Kemudian Kami letakkan dia dalam tempat yang kokoh (rahim), Sampai waktu yang
ditentukan, Lalu Kami tentukan (bentuknya), Maka Kami-lah sebaik-baik yang
menentukan. Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang
mendustakan. (Al Mursalaat: 20-24)
Perjalanan keempat adalah di bumi tempat dihimpunnya anak-anak manusia hidup dan mati yang disediakan bagi mereka untuk tempat tinggal. Disediakan pula di sana air dan segala sesuatu
yang menjadi unsur kebutuhan hidup
duniawi,
"Bukankah Kami menjadikan bumi (tempat) berkumpul orang-orang
hidup dan orang-orang mati, dan Kami jadikan padanya gunurag-gunung yang tinggi, lalu Kami beri minum kamu
dengan air yang tawar? Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang
mendustakan."(Al Mursalaat: 25-28)
Perjalanan kelima adalah bersama orang-orang yang mendustakan beserta azab dan siksaan
yang akan mereka peroleh pada hari
keputusan (kiamat),
(Dikatakan kepada mereka pada hari kiamat):
"Pergilah kamu mendapatkan azab yang dahulunya kamu mendustakannya.
Pergilah kamu mendapatkan naungan yang mempunyai tiga cabang. Yang tidak
melindungi dan tidak pula menolak nyala api neraka". Sesungguhnya neraka
itu melontarkan bunga api sebesar dan setinggi istana. Seolah-olah ia iringan
unta yang kuning. Kecelakaan yang
besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan. (Al Mursalaat: 29-34)
Perjalanan keenam dan ketujuh adalah melanjutkan penjelasan
tentang keadaan orang-orang yang mendustakan itu, dan tambahan pelecehan dan penghinaan terhadap
mereka,
Ini adalah hari, yang mereka tidak dapat berbicara
(pada hari itu),Dan tidak diizinkan kepada mereka minta uzur sehingga mereka
(dapat) minta uzur. Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang
mendustakan. Ini adalah hari keputusan; (pada hari ini) Kami mengumpulkan kamu
dan orang-orang terdahulu. Jika kamu mempunyai tipu daya, maka lakukanlah tipu
dayamu itu terhadap-Ku. Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang
yang mendustakan. (Al Mursalaat: 35-40)
Perjalanan kedelapan adalah bersama orang-orang yang bertakwa beserta
kenikmatan yang disediakan untuk mereka,
"Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada. dalam naungan (yang teduh)
dan (di sekitar) mata air-mata air serta (mendapat) buah-buahan
dari (macam-macam) yang mereka ingini. (Dikatakan kepada mereka), makan dan minumlah kamu
dengan enak karena apa yang telah kamu kerjakan.' Sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan
kepada orang-orang yang berbuat baik. Kecelakaan yang besarlah pada
hari itu bagi orang-orang yang mendustakan. " (Al Mursalaat: 41-45)
Perjalanan kesembilan adalah perjalanan sepintas bersama
orang-orang yang mendustakan, mengenai pelecehan terhadap mereka,
"(Dikatakan kepada orang-orang kaftr), Makanlah
dan bersenang-senanglah kamu (di dunia dalam waktu) yang pendek. Sesunguhnya
kamu adalah orang-orang yang berdosa. 'Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang
mendustakan."(Al Mursalaat: 46-47)
Perjalanan kesepuluh adalah kilatan yang cepat bersama orang-orang
yang mendustakan, mengenai sikap pendustaan mereka,
'Apabila dikatakan kepada mereka, ruku’lah; niscaya mereka tidak mau
ruku’. Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang
mendustakan." (AlMursalaat: 48-49)
Sebagai penutup sesudah
melakukan perjalananperjalanan ini, memaparkan berbagai keadaan, serta memberikan tusukan-tusukan dan kesan-kesan
adalah,
'Maka, kepada perkataan apakah selain Al Qur’an ini mereka beriman ?" (Al Mursalaat: 50)
Begitulah hati berjalan dengan cepat bersama konteks surat, seakan-akan ia terengah-engah
menghadapi kesan-kesan,
lukisan-lukisan, dan pemandangan-pemandangannya. Adapun hakikat-hakikat yang terkandung di dalam surat
ini sudah berulang-ulang disebutkan dalam surat-surat
Al Qur’an, bagi surat-surat Makkiyah
terdapat nuansa khusus. Akan tetapi,
hakikat-hakikat Al Qur’an itu dipaparkan dalam sisi yang banyak dan dalam pancaran yang bermacam-macam serta dengan rasa yang berbeda-beda pula. Yakni,
sesuai dengan kondisi jiwa yang dihadapinya dan sesuai dengan jalan-jalan masuknya hati dan
kondisi-kondisi jiwa yang diketahui oleh Zat Yang Menurunkan Al Qur’an ini kepada Rasul-Nya. Sehingga, tampaklah ayat-ayat itu
dalam manses
yang baru, karena ia menghadirkan respons-respons
yang baru di dalam jiwa.
Di dalam surat ini terdapat suasana baru dalam menampilkan pemandangan neraka dan dalam menghadapi orang-orang yang mendustakan pemandangan-pemandangan
ini, sebagaimana juga terdapat manses baru dalam metode penyampaian dan semua pemaparannya. Karena itu, tampaklah kepribadian khusus surat ini, yang tajam sifatnya,
menyengat rasanya, dan halus
kesannya! Selanjutnya, marilah kita
ikuti paparan surat ini secara rinci!
Suasana
Hari Kiamat yang Sulit Dibayangkan Terjadinya
oleh Orang Musyrik
Demi malaikat-malaikat
yang diutus untuk membawa kebaikan, Dan (Malaikat-malaikat) yang terbang dengan
kencangnya, Dan (Malaikat-malaikat) yang menyebarkan (rahmat Tuhannya) dengan
seluas-luasnya, Dan (Malaikat-malaikat) yang membedakan (antara yang hak dan
yang bathil) dengan sejelas-jelasnya, Dan (Malaikat-malaikat) yang menyampaikan
wahyu, Untuk menolak alasan-alasan atau memberi peringatan, Sesungguhnya apa
yang dijanjikan kepadamu itu pasti terjadi. (A1
Mursalaat 1-7)
Persoalan ini adalah persoalan kiamat yang sulit dibayangkan
terjadinya oleh orang-orang musyrik. Hal ini sudah ditegaskan oleh Al Qur’an kepada mereka dengan
bermacam-macam penegasan di dalam beberapa tempat (surat atau ayat). Menetapkan
masalah ini kepada akal mereka dan menetapkan hakikatnya di dalam hati mereka, merupakan persoalan amat vital yang harus dilakukan untuk membangun akidah di dalam jiwa mereka dan di atas landasannya. Juga untuk meluruskan norma norma dan nilai-nilai di dalam seluruh aspek kehidupan
mereka. Karena itulah,
diperlukan usaha yang keras dalam masa yang
panjang untuk memantapkan hal ini ke
dalam hati dan pikiran.
Pada permulaan surat, Allah bersumpah bahwa apa yang dijanjikan
di akhirat nanti pasti akan terjadi. Bentuk sumpah ini sejak awal sudah memberi
isyarat bahwa apa yang disumpahkan Allah itu termasuk urusan gaib yang tidak
diketahui manusia. Juga merupakan kekuatan yang tersembunyi, tetapi memberi kesan dan pengaruh di alam ini dan di
dalam kehidupan manusia.
Para ulama salaf berbeda pendapat mengenai kandungan yang ditunjuki
dalam sumpah itu. Kelompok pertama berkata bahwa ia (yang diutus atau dikirim) itu adalah angin secara mutlak. Kelompok
kedua mengatakan bahwa ia adalah malaikat
secara mutlak. Sedangkan, kelompok
ketiga mengatakan bahwa sebagian
dari yang disumpahkan itu adalah angin dan
sebagian lagi malaikat. Perbedaan
pendapat itu terjadi karena tidak jelasnya apa yang dimaksudkan oleh lafal-lafal ini
dan apa pula yang ditunjukinya.
Ketidakjelasan seperti ini relevan dijadikan sumpah bagi perkara gaib
yang tersimpan di dalam ilmu Allah. Akan
tetapi, ia pasti terjadi, sebagaimana halnya perkara-perkara gaib yang dijadikan sumpah itu sendiri ada wujudnya dan
memberi pengaruh terhadap kehidupan
manusia.
'Demi apa-apa yang
diutus untuk membawa kebaikan. " (A1Mursalaat:
1)
Diriwayatkan
dari Abu Hurairah bahwa yang dimaksud
dengannya adalah malaikat. Pendapat seperti
ini juga diriwayatkan dari Masruq, Abu
Dhuha, dan Mujahid dalam salah satu riwayat, As Suddi, Ar Rabi'
bin Anas, dan Abu Shaleh dalam satu riwayat. Dengan demikian, maknanya adalah bersumpah dengan malaikat
yang diutus secara beruntun, seperti
kebiasaan kuda-kuda yang dilepas secara beruntun dan berturut-turut.
Demikian
pula yang dikatakan Abu Shaleh mengenai
lafal "Al 'aashifaat", "An Naasyiraat", "Al Faarighaat",
dan "Al mulqiyaat"
bahwa yang dimaksud dengannya adalah malaikat.
Diriwayatkan
dari Ibnu Mas’ud bahwa yang dimaksud
dengan "WAl mursalaati
'urfan" adalah angin. Dengan
demikian, maknanya adalah angin yang
diutus secara beruntun bagaikan kebiasaan kuda-kuda yang dilepas dengan
berturut-turut. Demikian pula pendapatnya
tentang lafal, "Wal 'aashifaati
'ashfan. Wan-naasyiraati nasyran. " IbnuAbbas, Mujahid, Qatadah, dan Abu Shalih dalam satu riwayat juga berpendapat seperti itu.
Ibnu
Jarir tidak menentukan pendapat apakah yang dimaksud dengan kalimat, "Wal mursalaati 'urfan'; itu
malaikat ataukah angin. Ia memastikan
bahwa yang dimaksud dengan kata "Al
'aashifaat" adalah angin. Ia juga berpendapat bahwa "annaasyiraat
"adalah angin yang
menyebarkan awan di pelataran
langit.
Ibnu
Mas'ud meriwayatkan bahwa yang dimaksud dengan lafal-lafal, "Fal faarighaati
farghan. Fal mulgiyaati dzikran. Udzran
au nudzran' adalah malaikat.
Begitu pula pendapat Ibnu Abbas, Masruq, Mujahid, Qatadah, Ar Rabi bin Anas, As-Suddi, dan Ats-Tsauri tanpa
perbedaan. Karena, semuanya turun dengan
perintah Allah kepada para Rasul untuk membedakan antara yang hak dan yang bathil dan menyampaikan wahyu kepada para Rasul untuk menolak alasan-alasan makhluk (manusia yang menentang) dan untuk memberi peringatan.
Kami
menangkap isyarat bahwa besarnya urusan
dengan disebutkannya secara majhul tidak dijelaskan
dengan transparan ini perlu mendapatkan perhatian mengenai urusan-urusan yang disumpahkan itu
sebagaimana halnya yang disebutkan di dalam
ayat, "Wadz-dzaariyati dzarwan";
dan, "Wannaazi'aati
gharqan. " Selain itu,
terjadinya perbedaan pendapat
mengenai masalah ini menunjukkan ketidakjelasannya.
Ketidakjelasan itu merupakan unsur pokok
di sini. Adapun isyarat globalnya merupakan sesuatu yang paling menonjol di sini. Sedangkan, ia sendiri menimbulkan goncangan perasaan dengan isyarat bel dan kesan-kesannya yang beruntun,
serta bayangan-bayangan langsung yang
diberikannya.
Goyangan
dan goncangan yang ditimbulkannya di
dalam jiwa itulah yang lebih relevan dengan tema dan pengarahan surat ini. Setiap segmen
dari segmen-segmen surat ini sesudahnya adalah mengguncangkan jiwa, seperti orang yang mencekik tenggorokan seseorang lalu menggoyang-goyangkannya sambil menginterogasi tentang dosanya, atau menanyakan tentang ayat yang jelas yang diingkarinya. Kemudian memberikan ancaman kepadanya,
"Kecelakaan
yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan. "
Setelah itu, datanglah goncangan yang keras dengan
menampilkan pemandangan-pemandangan alam
yang berat pada hari keputusan yang merupakan waktu yang dijanjikan kepada
para Rasul untuk membeberkan hasil
risalah kepada semua manusia,
'Apabila
bintang-bintang telah dihapuskan, langit telah dibelah, gunung-gunung telah dihancurkan menjadi debu, dan Rasul-Rasul telah ditetapkan waktu (mereka),
(niscaya dikatakan kepada mereka), 'Sampai hari apakah ditangguhkan (mengazab orang-orangkafir itu) ?'Sampai hari keputusan. Tahukah kamu, apakah hari keputusan itu? Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi
orang-orang yang mendustakan." (Al Mursalaat: 8-15)
Hari ketika bintang-bintang dihapuskan cahayanya, langit dibelah, dan gunung-gunung dihancurkan menjadi debu. Pemandangan-pernandangan tentang keterbalikan dan keporakporandaan alam ini, disebutkan di dalam beberapa surat
dari Al Qur’an. Semuanya memberi isyarat tentang berantakannya ikatan dan jalinan alam yang tersaksikan ini. Yakni, keberantakan yang disertai dengan suara gemeretak dan menggelegar, dan
semburan yang sangat besar. Keberantakan itu tidak sama
dengan peristiwa peristiwa besar dan sangat menakutkan yang dilihat dan dirasakan manusia, seperti gempa bumi, gunung meletus, dan halilintar-halilintar. Perbandingan semua ini dengan keluarbiasaan hari keputusan itu, adalah seperti perbandingan permainan petasan yang anak-anak kecil ledakkan pada hari-hari raya, dengan bom atom dan bom hidrogen. Ini tidak lain hanya sekadar perumpamaan saja untuk mendekatkan kesan. Sebab, keadaan yang sebenarnya adalah bahwa kondisi
menakutkan yang ditimbulkan oleh kehancuran dan
kerusakan alam semesta pada waktu itu jauh lebih
besar dari apa dibayangkan
oleh manusia secara mutlak, yakni dengan bayangan bagaimana pun.
Di samping pemandangan alam yang sangat menakutkan itu, surat
ini juga memaparkan urusan besar lainnya yang ditangguhkan waktunya hingga hari kiamat. Yaitu,
dijanjikannya kepada para Rasul untuk melihat hasil dakwah kepada agama Allah sewaktu di dunia
sepanjang masa. Para Rasul telah ditentukan waktunya untuk hari itu. Di sanalah janji tersebut
direalisasikan untuk melakukan perhitungan terakhir tentang urusan besar yang
mengalahkan langit, bumi, dan gunung-gunung. Juga untuk memutuskan semua persoalan yang
berhubungan dengan kehidupan di bumi (dunia) dan keputusan Allah padanya, dan untuk
mengumumkan kalimat terakhir
yang merupakan kesudahan semua generasi
dan angkatan.
Ungkapan itu menunjukkan betapa menakutkannya urusan yang besar
tersebut. Juga mengisyaratkan betapa besarnya hakikatnya hingga melampaui pengetahuan,
'Apabila Rasul-Rasul telah ditetapkan waktu
(mereka), (niscaya dikatakan kepada mereka), 'Sampai hari apakah ditangguhkan
(mengazab orang-orang kafir itu)?' Sampai hari keputusan.
Tahukah kamu, apakah hari keputusan itu?"(Al Mursalaat: 11-14)
Tampak jelas dari metode
pengungkapan ini bahwa ia sedang membicarakan urusan yang besar dan agung. Apabila kesan ini
telah sampai ke dalam perasaan dengan ketakutan dan kengeriannya yang mengalahkan kengerian
dan ketakutan yang ditimbulkan oleh bintang-bintang yang dihapus cahayanya,
langit yang pecah-belah, dan gunung-gunung yang hancur menjadi debu,
maka disampaikanlah kesan yang menakutkan dan ancaman yang mengerikan,
"Kecelakaan yang
besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan. " (Al Mursalaat: 15)
Ancaman ini datang dari Tuhan
Yang Maha Mulia lagi Maha Perkasa, di dalam menghadapi ketakutan yang sangat besar di alam
semesta, dan keagungan yang luar biasa di majelis hari keputusan di hadirat para Rasul yang sedang memberikan
perhitungan terakhir pada saat yang dijanjikan untuk mereka. Ancaman pada saat seperti itu memiliki nilai
rasa, bobot, dan kesan yang
menggoncangkan dan menakutkan.
Dari
menyaksikan hari keputusan yang menakutkan itu, mereka dibawa kembali untuk melihat puing-puing orang-orang yang telah
berlalu, generasi terdahulu maupun belakangan,
'Bukankah Kami telah membinasakan orang-orang yang dahulu ?Lalu Kami
iringi (azab Kami terhadap) mereka dengan (mengazab) orang-orang
yang datang kemudian. Demikianlah Kami berbuat terhadap orang-orang yang berdosa. Kecelakaan
yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang
mendustakan." (Al Mursalaat: 16-19)
Demikianlah, dalam sekali pukulan tersingkap puing-puing orang-orang
terdahulu dan orang-orang belakangan yang terkumpul menjadi satu. Sejauh mata memandang
terlihat puing-puing dan reruntuhan. Di depannya terdengar suara ancaman yang menyuarakan sunnah
Allah di alam semesta,
'Demikianlah Kami berbuat terhadap orang-orang yang
berdosa." (Al Mursalaat: 18)
Inilah sunnah yang berlaku yang tak akan pernah menyimpang. Ketika orang-orang yang
berdosa sedang menghadapi tempat kehancuran
seperti puing-puing orang-orang
terdahulu dan orang-orang belakangan, tiba-tiba datanglah doa kebinasaan dan ancaman dengan kecelakaan,
"Kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang
yang mendustakan. " (Al Mursalaat: 19)
Dari
menyaksikan puing-puing kehancuran orang-orang terdahulu dan orang-orang belakangan, perjalanan diteruskan untuk merenungkan
penciptaan dan penghidupan beserta penentuan dan pengaturannya, kepada yang kecil dan
yang besar,
'Bukankah Kami menciptakan kamu dari air yang hina? Kemudian Kami
letakkan dia dalam tempat yang kokoh (rahim), sampai waktu yang ditentukan. Lalu, Kami tentukan
(bentuknya), maka Kamilah sebaik-baik yang menentukan. Kecelakaan yang besarlah
pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan. " (Al Mursalaat: 20-24)
Ini adalah perjalanan bersama dengan penciptaan janin dalam
perjalanan yang panjang dan mengagumkan yang digambarkan secara global dengan
sentuhan yang bermacam-macam. Yaitu, berupa air yang hina, diletakkan di dalam
tempat kokoh yang berupa rahim, hingga waktu tertentu dan ajal yang ditetapkan. Di depan
penentuan yang jelas dalam penciptaan itu beserta tahapan-tahapannya yang halus, datanglah
komentar yang mengesankan adanya kebijaksanaan tertinggi yang mengatur segala sesuatu dengan
ketentuannya dalam pengaturan yang penuh berkah lagi indah,
'Lalu, Kami tentukan (bentuknya), maka Kamilah sebaik-baik yang menentukan." (Al Mursalaat: 23)
Di depan ketentuan yang tidak ada sesuatu pun yang
dapat berpaling darinya, datanglah ancaman dengan kecelakaan,
"Kecelakaan yang besarlah pada
hari itu bagi orang-orang yang mendustakan. " (Al Mursalaat: 24)
Kemudian
perjalanan dilanjutkan untuk menengok bumi dan ketentuan Allah padanya bagi kehidupan manusia, serta pemberian-Nya
kepadanya beberapa keistimewaan yang memudahkan jalannya kehidupan ini,
'Bukankah Kami menjadikan bumi (tempat) berkumpul orang-orang hidup dan orang-orang
mati, dan Kami jadikan
padanya gunung-gunung yang tinggi, lalu Kami beri minum kamu dengan air yang tawar?Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang
yang menrlustakan. "
(Al Mursalaat: 25-28)
Bukankah Kami telah menjadikan bumi tempat berkumpul untuk
mengasuh anak-anaknya yang hidup dan yang mati? "Kami jadikan padanya
gunung gunung yang tinggi" ; kokoh menjulang, berkumpul di puncak-puncaknya
awan sambil berarak, dan dari celah-celahnya turun air yang tawar. Maka, bisakah terjadi yang demikian
ini selain karena adanya kekuasaan
dan penentuan, hikmah dan pengaturan? Apakah
sesudah yang demikian ini masih juga mendustakan orang-orang yang mendustakan itu? Maka,
'Kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang mendustakan. "
'Kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang mendustakan. "
Penghinaan terhadap Orang-Orang yang Mendustakan
Setelah ditampilkannya pemandangan-pemandangan itu dan
dipenuhinya perasaan dengan kesan-kesan yang merasuk kalbu, berpindahlah konteks ayat dengan tiba-tiba kepada
kondisi hisab dan pembalasan. Maka, kita
dengarkan sesuatu yang menakutkan bagi orang-orang yang berdosa lagi mendustakan
itu untuk menempuh jalan menuju azab yang
mereka dustakan, dengan celaan yang pahit
dan penderitaan yang sulit,
"(Dikatakan
kepada mereka pada hari kiamat), 'Pergilah kamu mendapatkan azab yang dahulunya
kamu mendustakannya. Pergilah kamu mendapatkan naungan yang mempunyai tiga cabang yang
tidak melindungi dan tidak
pula menolak nyala api neraka.' Sesungguhnya neraka
itu melontarkan bunga api sebesar dan setinggi istana, seolah-olah ia iringan
unta yang kuning. Kecelakaan yang
besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan." (Al Mursalaat:
29-34)
Pergilah kamu dengan bebas setelah digadaikan dan ditahan pada hari
keputusan yang panjang! Akan tetapi, pergi ke mana? Pergi ke tempat yang lebih baik digadaikan
daripada ke tempat ini.
"...Pergilah kamu
mendapatkan azab yang dahulunya kamu
mendustakannya...."(Al Mursalaat:
29)
Inilah azab itu,
datang dan tersaksikan di hadapanmu.
"...Pergilah
kamu mendapatkan naungan yang mempunyai tiga cabang.... " (Al Mursalaat: 30)
Yaitu, naungan asap neraka Jahannam yang lidahnya menjulurkan tiga
cabang, naungan yang lebih baik nyala api daripadanya.
"... Yang tidak melindungi dan tidak pula menolak nyala
api
neraka...." (Al Mursalaat: 31)
Perlindungan yang mencekik, panas dan menghanguskan. Disebutnya
yang demikian ini dengan "naungan" tidak lain adalah untuk menambah penghinaan dan menimbulkan
harapan kosong terhadap naungan untuk bernaung dari panasnya neraka Jahannam. Pergilah kamu! Sesungguhnya kamu
pun akan mengetahui ke mana harus pergi. Kamu akan mengetahui ke tempat mana kamu akan pergi. Karena itu, tidak perlu disebutkan namanya.
"...Sesungguhnya neraka itu melontarkan bunga api sebesar dan setinggi istana, seolah-olah ia iringan unta yang kuning (Al Mursalaat: 32-33)
"...Sesungguhnya neraka itu melontarkan bunga api sebesar dan setinggi istana, seolah-olah ia iringan unta yang kuning (Al Mursalaat: 32-33)
Bunga-bunga api menyembur secara beruntun sebesar rumah-rumah
batu (bangsa Arab menggunakan kata istana bagi setiap rumah dari batu, dan tidaklah penting
menyebutkan besarnya istana itu dalam pembicaraan ini). Apabila semburan-semburan bunga api itu
beruntun, maka tampaklah ia bagaikan unta-unta kuning yang merumput di sana-sini. Demikianlah
bunga-bunga apinya maka bagaimana lagi dengan api yang melontarkan bunga-bunga api seperti ini?!
Pada saat perasaan sedang tenggelam dalam ketakutan yang
mengerikan ini, datanglah kata akhir yang penuh ancaman,
"...Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan!"
"...Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan!"
Selanjutnya,
untuk menyempurnakan pemandangan setelah ditampilkannya hal menakutkan yang bersifat fisik berupa neraka
Jahannam, maka ditampilkannya hal menakutkan yang bersifat kejiwaan yang mengharuskan ia diam dan menahan
diri,
'In ilah adalah hari yang mereka tidak dapat
berbicara (pada hari itu), dan tidak
diizinkan bagi mereka minta uzur sehingga
mereka (dapat) minta uzur. " (Al Mursalaat:
35-36)
Hal yang menakutkan di sini adalah kondisi diam yang menakutkan atau
penuh ketakutan, kebisuan yang mencekam, dan ketundukan dengan penuh ketakutan, yang
tidak disela-sela oleh sepatah kata pun, uzur, atau pengajuan alasan. Karena waktu
untuk membantah
telah berlalu, dan waktu mengajukan alasan dan argumentasi telah habis,
"Kecelakaan yang besarlah
pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan!" (Al Mursalaat: 37)
Dalam pemandangan lain disebutkan penyesalan, sumpah, dan pengajuan
alasan mereka. Hari itu begitu panjang. Pada hari itu terjadi penstiwa seperti ini dan peristiwa
seperti itu sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Abbas ra, akan tetapi di sini ditetapkan suasana
diam yang mencekam, sesuai dengan kondisi dan konteks ayat
'Ini adalah hari keputusan. (Pada hari ini) Kami mengumpulkan kamu dan orang-orang yang terdahulu, jika kamu mempunyai tipu daya, maka lakukanlah tipu dayamu itu terhadap-Ku. Kecelakaan yang besarlah pada hari
itu bagi orang-orang yang mendustakan." (Al Mursalaat: 38-40)
Ini adalah hari keputusan, bukan hari pengajuan alasan dan telah
Kami kumpulkan kamu dan orang-orang terdahulu semuanya. Jika kamu mempunyai rencana,
laksanakanlah rencanamu itu; dan jika kamu mempunyai kekuasaan untuk
bertindak sesuatu, maka lakukanlah! Pada hari itu sudah tidak ada rencana dan tipu daya serta
kekuasaan. Semuanya diam membisu, merasakan penderitaan yang pedih,
"... Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan. "
Setelah
selesai menampilkan pemandangan yang berupa penghinaan terhadap orang-orang yang berdosa, maka ayat berikutnya menampilkan penghormatan yang diberikan kepada
orang-orang yang bertakwa,
"Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa berada dalam naungan (yang teduh) dan (di
sekitar) mata air-mata air serta (mendapat) buah-buahan dari (macam-macam) yang mereka ingini. (Dikatakan kepada mereka), Makan
dan minumlah kamu dengan enak karena apa
yang telah kamu kerjakan. 'Sesungguhnya
demikianlahKami memberi balasan kepada
orang-orang yang berbuat baik. Kecelakaan
yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan." (Al Mursalaat:
41-45)
Orang-orang yang bertakwa berada di dalam naungan yang teduh.
Naungan yang sebenarnya, bukan naungan yang memiliki tiga cabang yang tidak melindungi dan
tidak menolak nyala api
neraka. Mereka berada di sekitar mata air-mata air, bukan di dalam asap yang mencekik
kerongkongan dan menimbulkan kehausan yang panas,
"...serta (mendapat)
buah-buahan dari (macam-macam) yang mereka ingini.... " (Al Mursalaat:
42)
Lebih dari kenikmatan indrawi itu, mereka mendapatkan penghormatan tinggi yang dapat
dilihat dan didengar oleh semuanya,
"...Makan dan minumlah kamu dengan enak karena
apa
yang telah kamu kerjakan. 'Sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan
kepada orang-orang yang berbuat baik.... "(Al Mursalaat: 43-44)
Wahai, betapa halus dan lembutnya penghormatan dari Yang Maha Tinggi
lagi Maha Agung ini!
"... Kecelakaan yang
besarlah bagi orang-orang yang mendustakan. " (Al Mursalaat: 45)
Kecelakaan ini sebagai kebalikan dari kenikmatan
dan penghormatan
yang disebutkan sebelumnya! Di sini ditampilkan sepintas sobekan kehidupan dunia yang dilipat
dalam konteks. Tiba-tiba kita berada di bumi sekali lagi, dan tiba-tiba pelecehan dan penghinaan sedang
dihadapkan kepada orang-orang yang berdosa,
"(Dikatakan kepada orang-orang kafir), Makanlah dan bersenang-senanglah kamu (di dunia
dalam waktu) yang pendek. Sesungguhnya kamu adalah orang-orang yang berdosa.' Kecelakaan yang besarlah pada
hari itu bagi orang-orang yang
mendustakan." (Al Mursalaat: 46-47)
Demikianlah kehidupan dunia dan akhirat dicampur dalam dua
alinea yang berurutan, dan di dalam dua pemandangan yang ditampilkan, seakan akan keduanya datang
dalam waktu yang bersamaan, padahal antara keduanya dipisahkan oleh waktu
yang amat panjang. Ketika pembicaraan ditujukan kepada orang-orang muttaqin di akhirat, tiba tiba
ia diarahkan kepada orang-orang yang berdosa di dunia, seakan-akan
dikatakan kepada mereka, "Saksikanlah perbedaan antara kedua keadaan itu. Makan dan
bersenang-senanglah kamu sebentar di dunia ini, karena nanti kamu akan terhalang untuk mendapatkannya dan
akan disiksa dalam waktu yang panjang di akhirat!"
"... Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang orang yang mendustakan!"
Kemudian
ditunjukkan keheranan terhadap kaum yang diseru dan diajak kepada petunjuk, tetapi mereka tidak mau,
'Apabila dikatakan kepada mereka, 'Ruku’lah
niscaya mereka tidak mau ruku’. Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang
yang mendustakan." (Al Mursalaat: 48-49)
Padahal mereka dapat melihat, dan
diperingatkan oleh pemberi peringatan ini.
'Maka, kepada perkataan apakah
selain Al Qur’an ini mereka
akan beriman?"
(A1 Mursalaat: 50)
Orang yang tidak beriman kepada perkataan (Al Qur’an) yang
menggoncangkan gunung-gunung ini, tidak akan beriman kepada perkataan apa pun selainnya untuk
selamanya. Sikap inilah yang sebenarnya akan membawa kepada kesengsaraan,
kecelakaan, tempat.kembali yang penuh derita, dan kecelakaan besar yang telah
disediakan bagi orang yang celaka dan sengsara.
Surat ini
sendiri dengan bangunan kalimat kalimatnya, nuansa musikalnya, pemandangan-pemandangannya
yang keras dan sengatannya yang tajam merupakan
ekspedisi yang membuat hati tidak berhenti
dan eksistensi manusia tidak bisa diam. Maha Suci Allah yang telah menurunkan Al
Qur’an dan memberinya kekuatan
seperti ini!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar