I.
MUKADIMAH
Setiap muslim harus dapat memahami dengan benar
nilai-nilai yang terkandung dalam Dinul Islam serta menghayatinya.
Selanjutnya, ia harus mampu mengimplementasikan nilai-nilai tersebut ke dalam
seluruh ruang kehidupannya. Ia harus tunduk dan menyerah kepada Allah SWT, baik
lahir maupun batin, dengan melaksanakan segala perintah dan menjauhi segala
larangan-Nya. Dengan demikian, ia telah memasuki rumah Islam secara kaaffah
(sempurna): tidak ada sisi kehidupannya yang tidak ia warnai dengan nilai-nilai
luhur Islam. Oleh karenanya, Allah berfirman dalam sebuah ayat-Nya, sebagai
berikut.
“Hai orang-orang yang
beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu
turut langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu.” (QS Al-Baqarah: 208)
Di saat seorang Muslim mampu
menerapkan syariat Allah dalam seluruh dimensi kehidupannya: aqidah, ibadah,
akhlak, politik, ekonomi, pendidikan, militer, dan sosial budaya, maka ia
menjadi salah satu dari “khairu ummat”. Ia termasuk golongan “ummatan
wasathan” (umat yang selalu menegakkan nilai kebenaran dan keadilan), dan
niscaya ia menjadi salah satu dari “al-Mu’minuuna haqqan”
(manusia-manusia Mukmin yang sebenarnya). Inilah identitas seorang muslim apabila
telah mampu menyerap seluruh nilai-nilai Islam dalam ruang kehidupannya.
Perhatikanlah beberapa ayat Allah di bawah ini.
“Dan demikian (pula) Kami
telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu
menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi
atas (perbuatan) kamu.…” (QS Al-Baqarah: 143)
“Kamu adalah umat yang
terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan
mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah.…” (QS Ali ‘Imran: 110)
“Dan orang-orang yang
beriman dan berhijrah serta berjihad pada jalan Allah, dan orang-orang yang
memberi tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada orang-orang Muhajirin),
mereka itulah orang-orang yang benar-benar beriman. Mereka memperoleh ampunan
dan rezeki (nikmat) yang mulia.” (QS Al-Anfaal: 74)
Di sini, seorang Muslim memiliki izzah
(kemuliaan) dan kekuatan di hadapan manusia-manusia lain. Sebab, izzatul-Islam
dan kemuliaan kaum Muslimin tidak mungkin dicapai kecuali dengan kembali kepada
ajaran Islam itu sendiri, yaitu dengan mengaplikasikan nilai-nilainya dalam
setiap dimensi kehidupan. Umar bin
Khaththab r.a. berkata, “Kami dahulu adalah kaum yang paling hina,
lalu Allah menjadikan kami mulia dengan Islam. Jadi, manakala kita mencari
kemuliaan dengan selainnya, yang Allah menjadikan kita mulia dengannya, maka
Allah tentu akan menjadikan kita hina” (dikeluarkan oleh al-Hakim dalam
Al-Mustadrak dan disepakati pula oleh adz-Dzahabi dalam Talkhis-nya).
Namun fenomena indah yang
digambarkan ayat-ayat Allah di atas, dewasa ini semakin tidak nampak, cahaya
keindahan nilai-nilai Islam dari ke hari semakin redup dan bahkan sirna sama
sekali dan menghilang dari ruang kehidupan ummat. Ummat mulai kehilangan arah
tujuan hidup dan bahkan sebagian mereka telah menggantikan nilai-nilai Islam
dengan nilai-nilai jahiliah.
Di sisi lain, virus-virus moral,
budaya dan tsaqofah islamiyah yang pernah diwariskan
para orientalis dan penjajah masih tumbuh kuat dalam jiwa ummat ini. Dan
nilai-nilai ini terus mengakar dalam kehidupan ummat sampai saat ini. Begitu
juga kekuatan-kekuatan musuh Islam skala internasional seperti Fremansory, Lion
Club, Rotary Club dan LSM-LSM lain yang memiliki tujuan memberangus nilai-nilai Islam terus bergerak ke jantung ummat.
Sementara ummat semakin asing dengan nilai-nilai agamanya sendiri dan tidak
berdaya berhadapan dengan tantangan-tantangan global.
Oleh karenanya, untuk
mengantisipasi merebaknya virus-virus ummat dan gerakan musuh-musuh Islam, kita
bisa memulainya dengan meyakini kembali nilai-nilai kebenaran Islam dan
menyerapnya ke dalam seluruh ruang kehidupan. Dengan keyakinan ini, diharapkan
dalam diri kita lahir kembali kesadaran penuh tentang agama ini, dan
selanjutnya bertebaran buah amal islami di bumi kehidupan kita.
II.
PERSOALAN INTERNAL UMMAT
Problem yang dihadapi ummat Islam dewasa ini
meliputi seluruh dimensi kehidupan. Persoalan-persoalan inilah yang
mengakibatkan ummat mengalami stagnasi dalam segala bidang dan akhirnya sangat
mudah ummat Islam terjebak
dalam jaring-jaring persengkongkolan atau konspirasi musuh-musuh Islam.
Keloyoan, kelemahan dan keterbelakangan yang ada dalam tubuh ummat Islam dewasa
ini menyebabkan mereka tidak merasa memiliki izzah kembali dengan nilai-nilai luhur yang pernah dipegang oleh Salafusholeh sebelumnya. Persoalan dan
problematika ummat saat ini bisa kita konklusikan dalam beberapa point-point
berikut ini;
·
Iman
Apabila manusia muslim imannya lemah maka ia tidak akan pernah merasakan nikmatnya
iman tersebut. Ia senantiasa
terombang-ambing dalam panggung kehidupan dan ia tidak memiliki jati diri lagi
sebagai muslim yang sebenarnya. Sebaliknya manusia muslim yang memiliki
kekuatan iman yang sebenarnya, bukan hanya sebatas keyakinan saja, ia akan merasa ketentraman, kedamaian, percaya diri dan bahkan
mampu melukiskan karya-karya besar dalam kanvas kehidupannya. Dan inilah
hamba-hamba Allah yang dijanjikan mewarisi bumi-Nya. Perhatikan ayat-ayat berikut ini;
“Dan Allah telah berjanji kepada
orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh
bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi,
sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh
Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan
Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan
menjadi aman sentosa. Mereka
tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku.
Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah
orang-orang yang fasik.” (QS An-Nuur: 55)
“Yang selalu merasakan nikmat iman dalah
orang rela menjadikan Allah sebagai Robb, menjadikan Islam sebagai agama dan
Muhammad sebagai
Nabi.” (HR. Muslim)
“Tiga perkara yang dimana seseorang
memilikinya maka ia akan merasakan manisnya iman, Allah dan Rasul-Nya lebih ia
cintai dari pada yang lain, seorang yang mencintai orang lain
dan ia tidak mencintainya
kecuali karena Allah,
dan orang yang benci dikembalikan ke dalam
kekufuran sebagaimana
ia benci dilemparkan ke dalam api neraka.” (HR.
al-Bukhari dan Muslim)
·
Ibadah
dan Akhlak
Melemahnya ibadah dan akhlak di kalangan ummat
Islam akan mengakibatkan ketidakberdayaan ummat mempertahankan eksistensi
dirinya di dunia ini. Padahal setiap ibadah yang diwajibkan Allah kepada ummatnya mengandung nilai-nilai
filosofis yang tinggi dan nilai-nilai akhlak yang luhur. Perhatikan beberapa
ayat-ayat Allah SWT berikut ini;
“Bacalah apa yang telah diwahyukan
kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Qur'an) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya
shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar…” (QS Al-‘Ankabuut: 45)
“Hai
orang-orang yang beriman, rukuklah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan, supaya
kamu mendapat kemenangan.” (QS Al-Hajj: 77)
Umar bin Khattab ra berkata dalam suratnya kepada Amr bin al-Ash, “Wahai
Amr, sesungguhnya kita hanya dapat mengalahkan orang-orang kafir itu karena ketakwaan kita dan kekafiran mereka.
Maka ketika kita berdosa kepada Allah, tiada lagi sumber kemenangan yang kita
miliki, sebab orang-orang kafir selalu melebihi kita dalam sarana perang dan jumlah
pasukan mereka.
Maka, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa.”
Jauhnya generasi muda Islam dari agamanya
merupakan cita-cita tinggi yang diimpikan oleh para orientalis yang notabane
menjadi musuh-musuh besar Islam. Samuel Zweimer, Direktur organisasi missi pada
konferensi para misionaris di kota Al-Quds tahun 1935 berkata, “Misi utama yang dibebankan negara-negara
Kristen kepada kita bukanlah menjadikan kaum muslimin sebagai orang Kristen,
karena hal itu adalah soal hidayah dan kemuliaan. Misi utama kita ialah
mengeluarkan muslim dari ajaran Islam, agar menjadi orang yang tidak memiliki
hubungan lagi dengan Allah, sehingga ia tidak mempunyai ikatan akhlak sebagai
pegangan hidup umat Islam….”
Yang akhirnya mereka menyaksikan generasi-generasi muda muslim terombang-ambing dalam
dunia maya kemaksiatan, mengekor pada permainan libido & hawa nafsu yang menguasai seluruh ruang kejiwaannya
dan jauh dari akhlak mulia Islam. Allah SWT berfirman;
“Maka
datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan
memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan.” (QS
Maryam: 59)
·
Sosial
Beberapa persoalan yang terus terjadi dan
menghantui kehidupan sosial
ummat adalah hilangnya persatuan, permasalahan seksual,
narkoba, perdagangan ABG dan
kemaksiatan-kemaksiatan lain yang semakin marak dewasa ini. Perhatikan beberapa
peringatan dari ayat-ayat Allah dan hadits Nabi;
“Dan ta'atlah kepada Allah dan Rasul-Nya
dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan
hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang
sabar.” (QS Al-Anfaal: 46)
“Dan janganlah kamu mendekati zina;
sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang
buruk.” (QS Al-Israa’: 32)
“Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak
menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan
berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang; maka
berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu).” (QS Al-Maaidaah: 91)
عَنْ عَبْدِ اللهِ ْبنِِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا
قَالَ:
سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ َيقُوْلُ يَا مَعْشَرَ
اْلمُهَاجِرِيْنَ حِصَالٌ خَمْسٌ إِنْ اُبْتُلِيْتُمْ ِبهِنَّ وَنَزَلْنَ بِكُمْ أَعُوْذُ بِا للهِ
أَنْ تُدِْركُوْهُنَّ لَمْ تَظْهَرْ فَاحِشَةٌ ِفيْ قَوْمٍ قَطُّ حَتَّى
يُعْلِنُوْا بِهَا إِلاَّ فَشَا فِيْهِمْ
اَلأَوْجَاعُ اَلَّتِي لَمْ تَكُنْ فِيْ أَسْلاَفِهِمْ ولَمْ يَنْقُصُوْا
الْمِكْيَالَ وَاْلمِيْزَانَ إِلاَّ أُخِذُوْا بِالِّسِنْينَ وَشِدَّةِ
اْلمُؤْنَةِ وَجَوِْر الُّسلْطَانِ وَلمْ يَنْقُضُوْا عَهْدَ اللهِ وَ عَهْدَ
َرسُوْلِهِ إِلاَّ سُلِّطَ عَلَيْهِمْ اْلعَدُوُّ مِنْ غَيْرِهِمْ فَأَخَذَ بَعْضَ
مَا فِيْ أَيْدِيْهِمْ ولَمْ يَمْنَُوْا زَكَاةَ أَمْوَاِلهِمْ إِلاَّ مُنِعُوْا
القُطْرَ مِنَ السَّمَاءِ وَلََوْلاَ الْبَهَائِمُ لَمْ يُمْطَرُوْا وَمَا لَمْ تَحْكُمْ
أَئِمَّتُهُمْ بِكِتَابِ اللهِ إِلاَّ جُعِلَ بَأْسُهُمْ بَيْنَهُمْ
رَوَاهُ التُرْمُذِيْ وَابْنُ مَاجَةَ وَاْلَبْيَهِقْي
Dari
Abdillah ibnu Umar ra. berkata,
“Rasulullah saw. telah bersabda, ‘Wahai, Kaum Muhajiriin, ada lima hal yang aku khawatirkan
akan menimpa serta menguji kalian,
dan aku berlindung kepada Allah semoga kalian tidak mendapatkannya. Tidaklah
perzinahan merajalela pada suatu kaum hingga mereka melakukannya secara
terang-terangan, kecuali akan menyebar penyakit-penyakit
yang belum pernah terjadi pada umat yang sebelumnya, dan tidaklah mereka mengurangi timbangan dan takaran,
kecuali akan ditimpa paceklik serta mahalnya harga kehidupan ditambah dengan pemimpin yang tiran...” (HR. Turmudzi dan Ibnu Majah)
·
Pendidikan,
Pembinaan, dan Dakwah
Rasulullah saw. diutus ke bumi dengan mengemban misi khusus yaitu
membacakan ayat-ayat Allah,
mentazkiah dan mengajarkan Al-Kitab dan Al-Hikmah kepada ummatnya agar mereka
memahami visi dan misi kehidupannya, agar mereka melek peradaban yang ada disekitarnya
dan agar mereka menjadi saksi-saksi kebenaran dan kebaikan atas umat yang lain.
Maka ketika
ta’lim dan tarbiah (pendidikan dan pembinaan) yang sesuai dengan manhaj salafusholih tidak dilirik kembali oleh ummat Islam dan
bahkan ditinggalkan sama sekali, niscaya akan muncul syubhat pemikiran di
tengah-tengah ummat, merajalelanya syahwat yang mendominasi dalam kehidupan dan
kebodohan mewarnai masyarakat. Inilah fenomena masyarakat muslim ketika
tarbiah, ta’lim dan dakwah tidak berperan lagi dalam masyarakat sebagaimana
yang diisyaratkan ayat ini;
“Maka datanglah sesudah mereka, pengganti
(yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka
kelak akan menemui kesesatan.” (QS Maryam: 59)
Oleh karenanya, Allah menyeru kepada setiap mukmin untuk selalu melakukan
amar ma’ruf dan nahi munkar.
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat
yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari
yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS Ali ’Imran: 104)
·
Ilmu
Pengetahuan dan Tsaqafah Islamiyah
Kekuatan yang dimiliki ummat dan kemenangan yang
selalu dijanjikan Allah SWT kepada mereka, bukan hanya bertumpu pada sisi
aqidah atau ibadah saja,
tanpa diiringi dengan ilmu pengetahuan Islam dan ekspansi kebaikan amal islami
dalam kehidupannya. Namun, kekuatan dan kemenangan itu tegak kokoh diatas tiga pilar yang satu sama lain
tidak boleh terpisahkan yaitu, iman,
ilmu dan amal (ibadah), dan saat ini, ketika ummat mulai meninggalkan
tsaqafah islamiah dan ilmu pengetahuan lainnya yang bermanfaat, maka kekuatan
dan kemenangan tersebut berangsur-angsur akan hilang dan pada akhirnya
digantikan dengan ketidakberdayaan serta kelemahan. Sebagaimana Allah nyatakan
dalam firman-Nya.
“…Katakanlah: "Adakah sama orang-orang
yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya
orang yang berakallah yang dapat menerima
pelajaran.” (QS
Az-Zumar: 9)
“…niscaya Allah akan meninggikan orang-orang
yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa
derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS Al-Mujaadilah: 11)
Mengenai hal ini, Imam Syafi’i berkata, “Sesungguhnya jati diri seorang pemuda—demi
Allah—ada dalam ilmu dan ketakwaannya. Apabila keduanya tidak ada dalam
dirinya, maka ia bukanlah pemuda sebenarnya.”
·
Politik dan Hukum
Dalam masalah politik dan hukum, kita bisa merenungkan beberapa ayat Allah dan
hadits nabi, sebagaimana berikut ini.
“…Barangsiapa yang tidak memutuskan
menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang
kafir.” (QS Al-Maa-idah: 44)
“...Barangsiapa tidak memutuskan perkara
menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang
zalim.” (QS Al-Maa-idaah: 45)
“Apakah hukum Jahiliyah yang mereka
kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi
orang-orang yang yakin?” (QS Al-Maa-idaah:
50)
“…Apakah kamu beriman kepada sebahagian Al
Kitab (Taurat) dan ingkar terhadap sebahagian yang lain? Tiadalah balasan bagi
orang yang berbuat demikian daripadamu, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia,
dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat. Allah
tidak lengah dari apa yang kamu perbuat.” (QS Al-Baqarah: 85)
وَلمْ
يَنْقُضُوْا عَهْدَ اللهِ وَ عَهْدَ َرسُوْلِهِ إِلاَّ سُلِّطَ عَلَيْهِمْ
اْلعَدُوُّ مِنْ غَيْرِهِمْ فَأَخَذَ بَعْضَ مَا فِيْ أَيْدِيْهِمْ ولَمْ
يَمْنَُوْا زَكَاةَ أَمْوَاِلهِمْ إِلاَّ مُنِعُوْا القُطْرَ مِنَ السَّمَاءِ
وَلََوْلاَ الْبَهَائِمُ لَمْ يُمْطَرُوْا وَمَا لَمْ تَحْكُمْ أَئِمَّتُهُمْ
بِكِتَابِ اللهِ إِلاَّ جُعِلَ بَأْسُهُمْ بَيْنَهُمْ (رواه الترمذي)
“...Tidaklah mereka melanggar perjanjian
dengan Allah dan Rasul-Nya,
kecuali mereka akan dikuasai oleh musuh dari luar yang akan mengambil sebagaian harta yang
mereka miliki, dan tidaklah mereka menahan diri dari menunaikan kewajiban zakat
harta mereka, kecuali mereka akan
terhalang dari curah hujan, dan seandainya saja tidak ada binatang ternak
niscaya tidak akan turun hujan kepada mereka. Adapun selama para pemimpin mereka tidak berhukum
dengan Kitab Allah, maka konflik dan pertempuran akan terjadi diantara mereka.”
(HR. at-Tirmidzi dan
Ibnu Majah)
·
Militer
Ummat Islam dewasa ini tidak memiliki kekuatan
militer yang ditakuti dan diperhitungkan musuh-musuh Islam. Keberadaan kekuatan
militer sangat diperlukan untuk meninggikan kalimat Allah dan menebarkan nilai-nilai
kebenaran dan kebaikan ditengah-tengah manusia, sebagaimana yang terjadi pada
masa-masa kejayaan Islam. Dimasa itu, banyak bangsa-bangsa lain yang sangat
merindukan kehadiran militer Islam ditengah-tengah mereka untuk melindungi dan
mengayomi mereka, seperti kisah Sa’ad bin Abu Waqqas yang menarik pasukannya
dari wilayah kekuasaannya. Karena,
wilayah itu tidak mungkin lagi dipertahankan oleh beliau dan ia mengembalikan
semua upeti yang ditarik dari penduduk setempat pada waktu itu. Inilah kesan
militer yang damai, menjunjung nilai keadilan dan menegakkan hak-hak rakyat.
Selanjutnya, ummat kehilangan identitasnya sebagai
khairu ummat, ummatan wasathan, serta syuhada ‘ala an-naas,
dan sebaliknya menjadi ummat yang terbelakang dan kekuatan tidak diperhitungkan
lagi oleh musuh-musuh Islam. Kekuatan dan kualitas mereka bak “ghutsa” (buih) di lautan. Rasulullah
bersabda dalam hadistnya.
“Nanti ummat ini akan dikepung oleh bangsa-bangsa
lain. Sebagaimana orang yang makan itu mengepung nampan nasinya. Sebagian sahabat bertanya: “Apakah jumlah kita sedikit pada waktu itu?
Beliau menjawab: “Tidak, bahkan jumlah kamu banyak sekali pada waktu itu, akan tetapi (kualitas) kamu
seperti buih, buih arus. Dan sungguh Allah akan mencabut dari jiwa musuh-musuh
kamu rasa takut dari kamu. Dan selanjutnya Dia menanamkan penyakit “wahn” pada
hati kamu. Sebagian sahabat bertanya: “Wahai Rasulullah, apa “wahn” itu? Beliau bersabda: “Hubbud dunya (cinta dunia)
dan benci kematian.” (HR.
Abu Daud dan Ahmad)
Fenomena di atas bermuara pada kecenderungan manusia yang suka menyimpang dan
berpaling dari kebenaran, watak manusia yang selalu menentang ayat-ayat Allah kerena
kebodohannya dan hawa nafsu yang mendominasi kehidupannya. Hal ini sebagaimana
yang jelaskan ayat-ayat Qur’aniah berikut ini;
“Maka tatkala mereka berpaling (dari
kebenaran), Allah memalingkan hati mereka & Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang
fasik.”(QS Ash-Shaff: 5)
“Aku akan memalingkan orang-orang yang
menyombongkan dirinya di muka bumi tanpa alasan yang benar dari tanda-tanda
kekuasaan-Ku. Mereka jika melihat tiap-tiap ayat(Ku) mereka tidak beriman kepadanya. Dan jika
mereka melihat jalan yang membawa kepada petunjuk, mereka tidak mau
menempuhnya, tetapi jika mereka melihat jalan kesesatan, mereka terus menempuhnya. Yang demikian itu adalah karena mereka
mendustakan ayat-ayat Kami dan mereka selalu lalai dari padanya.” (QS Al-A’raaf: 146)
“Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya
Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada
dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing, jika kamu menghalaunya maka diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya
maka dia mengulurkan lidahnya
(juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat
Kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka)
kisah-kisah itu agar mereka berfikir. ” (QS Al-A’raaf: 176)
III.
PROBLEMATIKA
KONTEMPORER
Problematika-problematika ummat, yang sifatnya
kontemporer, bisa diklasifikasikan menjadi tiga bagian :
Ø
Penyimpangan-penyimpangan
yang terjadi di tubuh ummat.
Ø
Penyakit
ummat sebagai dampak dari penjajahan.
Ø
Kekuatan
musuh dengan gerakan “Ghazwul Fikr”.
·
Penyimpangan-penyimpangan
Penyimpangan dan kesewenang-wenangan yang terjadi
dalam tubuh ummat ini, bisa disebabkan oleh kekuasan tangan-tangan besi dan
tiran, bisa muncul dari sebuah kebaikan yang semu, bisa lahir dari kelompok
penyeru dan para du’at yang mempunyai kepentingan-kepentingan pribadi dan bisa
lahir pula dari diri seorang muslim yang telah terjangkit virus-virus jaman dan moral. Hal ini bisa kita
perhatikan dari beberapa Hadits Rasulullah sebagai berikut;
“Muncul masa kenabian selama masa yang
Allah kehendaki, kemudian berakhir. Kemudian, muncul masa khilafah yang lurus
selama masa yang Allah kehendaki, kemudian berakhir. Selanjutnya muncul
raja-raja secara turun-temurun selama masa yang Allah kehendaki, kemudian
berakhir. Lalu muncul masa kediktatoran selama masa yang Allah kehendaki,
kemudian berakhir. Kemudian akan muncul masa kekhilafahan yang lurus kembali
yang tegak di atas minhaj nubuah yang meliputi seluruh dunia.”
Hudzaifah bin al-Yaman berkata, “Semua manusia
bertanya kepada Rasulullah saw. tentang kebaikan, sementara aku bertanya kepada
beliau tentang keburukan yang mana aku takut menemuinya. Aku bertanya: “Wahai
Rasulullah, sesungguhnya kami dulu berada dalam kejahiliahan dan keburukan, lalu Allah memberikan kepada
kami kebenaran ini. Maka apakah setelah kebaikan ini akan muncul keburukan?
Beliau menjawab: “Ya”. Aku bertanya kembali: “Dan apakah setelah keburukan ini
akan ada kebaikan kembali? Beliau menjawa: “Ya, (akan tetapi) di dalamnya ada
kerusakan.” Aku bertanya: “Apa kerusakannya?” Beliau menjawab: “Kaum yang
menunjukkan dengan selain petunjukku, kamu mengenal mereka dan kamu juga
mengingkarinya.” Aku bertanya kembali: “Maka apakah setelah kebaikan yang
demikian ini ada keburukan lagi?” Beliau menjawab: “Ya, para da’i yang berada di pintu-pintu Jahannam,
barang siapa yang meresponnya maka ia akan terjerumus di dalamnya.” Aku
bertanya: “Wahai Rasulullah jelaskan kepada kami sifat-sifat mereka. Beliau
bersabda: “Mereka dari jenis kulit (golongan) kita dan mereka berkata dengan
lisan-lisan kita.” Aku berkata: “Apa yang Engkau intruksikan kepadaku apabila
menemuiku? Beliau bersabda: “Kamu harus bergabung bersama jamaatul muslimin dan
imam mereka.” Aku bertanya kembali: “Kalau sekiranya tidak ada jamaah dan imam?
Beliau berkata: “Jauhilah semua firqoh yang ada, meskipun kamu menggigit akar
pohon sampai datangnya kematian dan kamu tetap begitu.” (HR. al-Bukhari)
وَمَا
لَمْ تَحْكُمْ أَئِمَّتُهُمْ بِكِتَابِ اللهِ إِلاَّ جُعِلَ بَأْسُهُمْ بَيْنَه (رواه
الترمذي)
“…ِAdapun selama
para pemimpin mereka tidak berhukum dengan Kitab Allah, maka konflik dan
pertempuran akan terjadi diantara mereka.” (HR. at-Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Beberapa
hadits di atas, menjelaskan kepada kita tentang fitnah, penyimpangan, dan
kesewenangan yang harus dihadapi umat ini ke depan, sebagaimana disebutkan di
bawah ini.
Pertama, Penguasa diktator.
Mereka muncul setelah tumbangnya Khilafah
Utsmaniah pada tahun 1924, dan mereka semua menjadi boneka-boneka musuh Islam
seperti Musthafa Kamal at-Taturk, yang dengan gerakan westernisasinya, dijuluki
Bapak Turki, padahal ia adalah orang yang pertama kali menghancurkan
pilar-pilar dan simbol-simbol Islam setelah runtuhnya Khilafah Islamiah di
Turki. Selain Musthafa, ada banyak deretan nama dari para penguasa diktator
ini, yaitu sebagai berikut: Jamal Abdun Nashr, Husni Mubarak, Hafidz asad,
Shaddam Husain, dan beberapa penguasa lain yang saat ini memegang kekuasan di
dunia Islam
Kedua, Kebaikan yang berpenyakit
Manusia-manusia
munafik yang menampakkan kebaikan secara lahiriah, tetapi dalam jiwanya
bersemayam kebencian, kedengkian, dan keinginan untuk merusak. Manusia-manusia
ini banyak kita jumpai di tengah-tengah masyarakat muslim. Ketika mereka
melakukan ekspansi kebaikan, mereka melakukannya bukan karena ikhlas untuk
Allah SWT, tetapi karena kepentingan-kepentingan pribadi yang disembunyikan.
Oleh karenanya, Rasulullah saw.mengomentari mereka dengan sabdanya, “Mereka
berjalan tanpa petunjukku, dan tidak pernah menjalankan sunnahku.”
Ketiga, Para penyeru Neraka Jahannam
Tantangan
berikutnya yang harus dihadapi ummat ini adalah muncul para da’i gadungan,
yaitu da’i yang menjerumuskan umat. Mereka bukannya membimbing manusia ke jalan
yang benar, jalan kebaikan, jalan persatuan dan jalan kedamaian, tetapi mengajak
umat untuk berjuang mempertahankan kepentingan-kepentingan pribadi, menyeru
kepada perpecahan, keonaran, dan kerusakan. Rasulullah menjuluki mereka sebagai
da’i-da’i yang berada di pintu-pintu Neraka Jahannam, dan manusia-manusia yang
berhati iblis, namun berjasad manusia. (Riwayat Abu al-Aswad, Fathul Baary,
dan Ibnu Hajar al-Asqalani)
Keempat, Terurainya ikatan Islam
Fenomena ini
terlihat dari berpecahnya negeri Islam menjadi negeri-negeri yang relatif kecil
ukurannya. Bahkan setelah berpecah pun, ikatan Keislaman diantara mereka sangat
lemah dan saling melemahkan satu sama lain. Suasana disintegrasi seperti ini
yang akhirnya akan melenyapkan kekuatan Islam yang sejatinya ada dalam
persatuan.
Kelima, Ditinggalkannya hukum Islam
Fenomena
umat Islam sekarang ini, sangat jelas bagi kita bahwa banyak umat yang telah
meninggalkan nilai-nilai ajaran agamanya baik sengaja maupun karena
kebodohannya setelah tumbangnya Khilafah. Para penguasa enggan berpegang
teguh pada tali-tali agama dan
bahkan merasa bangga ketika menerapkan hukum-hukum produk para penjajah. Lihat hukum kita di Indonesia, bagaimana kita bisa sampai
saat ini bangga dengan hukum-hukum
Belanda? Logikanya, kalau hukum
Belanda bisa dipakai oleh masyarakat yang mayoritas umat Islam, kenapa hukum Allah tidak pernah diuji dan
diterapkan dalam kehidupan kita? Padahal para penguasa dan pejabat semenjak
merdeka adalah orang-orang muslim. Sementara Allah menegaskan dalam firmanNya tentang
kebenaran dan kebaikan hukum-hukumnya;
“Apakah hukum Jahiliyah
yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum)
Allah bagi orang-orang yang yakin?” (QS Al-Maa-idaah:
50)
·
Penyakit umat sebagai dampak dari penjajahan
Pertama, Adanya LSM dan yayasan-yayasan sebagai
musuh-musuh Islam
Sebenarnya, negara-negara Islam belum sepenuhnya
keluar dari cengkeraman para negara agresor dan penjajah, seperti Indonesia, Tunisia, Siria, Mesir, dan
negeri-negeri yang lainnya. Negeri-negeri itu hakikatnya masih terjajah. Tidakkah para penjajah itu
masih membawa empat slogan yang
selalu didengung-dengungkan? Yaitu, God (Tuhan atau penyebaran agama), Gold
(Emas), Gospel (kekayaan), dan Glory (kejayaan). Empat tujuan ini
masih mereka nikmati, meskipun mereka telah hengkang dari negeri-negeri
jajahannya.
Maka meskipun
secara fisik dunia Islam tidak terjajah, namun setiap dimensi kehidupan ummat masih dalam cengkeraman
konspirasi mereka. Dan konspirasi mereka inilah yang dewasa ini dikerjakan oleh
tangan-tangan LSM-LSM dan Yayasan-yayasan yang digerakkan oleh anak-anak muslim
yang sudah dicuci otaknya dan yang didanai oleh mereka, para penjajah. Seperti
Freemansory, Rotary Club, Lion Club, LSM sosialis komunis dan yang lainnya.
Mereka bergerak sesuai keinginan donatur-donatur mereka yang semuanya ingin
memberangus kebenaran Islam.
Kedua, Keterbelakangan umat dari IPTEK dan industri
Setelah peperangan usai dan para penjajah hengkang dari bumi ummat Islam,
namun negara-negara ketiga yang notabane negeri muslim semakin hari semakin
terbelakang dan terpuruk dalam bidang iptek dan industri. Ini juga merupakan
langkah-langkah strategis yang dilakukan pihak Barat dan musuh-musuh Islam yang
tidak pernah ingin melihat ada satu negara muslim yang berkembang dan mengalami
kemajuan. Mari kita renungkan beberapa komentar dan pernyataan para orientalis
berikut ini;
Ø
Salah
seorang pejabat pada Kementerian Luar Negeri Perancis pada tahun 1952
mengatakan: “Bahaya yang sebenarnya
mengancam kita adalah Islam. Untuk itu marilah kita beri apa yang dibutuhkan
oleh dunia Islam serta menanamkan pada diri mereka perasaan ketidakmampuan
untuk menjadi negara industri. Apabila kita lemah dalam pelaksanan strategi
tersebut, maka kemungkinan besar ummat Islam akan mencapai kemajuan dan menjadi salah satu kekuatan
raksasa di dunia untuk kedua kalinya.”
Ø
Bekas
dictator Portugal, Salazar berkata: “Saya
khawatir akan muncul di tengah
umat Islam seorang tokoh yang mampu menyatukan potensi
mereka dan mengarahkannya kepada kita.”
Mungkin kita akan bertanya; dimanakah posisi negara-negara muslim
dewasa ini? Di saat negara-negara modern
telah berbicara tentang berbagai revolusi besar yang hendak dijalankan;
revolusi teknologi, revolusi biologi (geneologi, cloning, penemuan peta gen
manusia dan sejenisnya), revolusi elektronik, revolusi ruang angkasa, revolusi
komunikasi, informasi dan seterusnya. Di mana posisi kita di tengah negara maju
ini?
Ketiga, Paradigma berfikir yang salah
Dalam bidang pemikiran, para penjajah
melahirkan antek-antek mereka dari anak-anak negeri untuk mempengaruhi ummat Islam tentang cara berfikir yang benar. Mereka mengajak kembali
kepada paradigma yang dimiliki oleh para penjajah tersebut, bukan kembali kepada Islam. Dengan dalih
mereka telah menemukan kemajuan dan sementara dunia Islam dalam kegelapan ilmu
pengetahuan. Jadi mereka menyerukan generasi-generasi muslim untuk berkiblat kepada nilai-nilai yang diyakini para
penjajah. Dan nilai-nilai ini bersandarkan kepada keyakinan, filsafat dan adat
istiadat yang berkembang di tengah mereka.
Bahkan kita melihat banyak dari kalangan
umat ini yang bangga dengan referensi Barat dalam bidang keilmuan, yang seharusnya tidak layak untuk
dijadikan sebagai referensi maupun rujukan utama. Seperti dalam bidang
psikologi yang mengacu kepada pendapat Sigmun Freud, bidang sosiologi dan
moral.
Seharusnya, umat ini ketika menjadikan
Islam sebagai referensi utama, mereka harus kembali kepada Al-Qur’an, Al-hadits, Ijma’, Aqwalu Sahabat,
Aqwalu Tabi’in dan dalil-dalil yang dibenarkan dan diakui dalam terminology
istinbat dan ijtihad.
Keempat, Krisis
identitas
Dari
hasil kerja para penjajah sebelum mereka meninggalkan negara-negara jajahannya
adalah keterbelahan jiwa ummat dalam memegang tali Allah SWT. Mereka menjadi
minder ketika disebut muslim, mereka malu dan merasa terbelakang apabila ditanyakan
tentang identitas dirinya sebagai muslim. Padahal seharusnya mereka berani
menunjukkan dengan jelas apa identitas mereka dan siapa mereka? Hal ini
dikarenakan seorang muslim memiliki identitas yang khas, kepribadian independen
dan loyalitas yang jelas. Ia adalah pemilik risalah bumi dan pemikul panji dakwah universal yang
berkarakter rabbaniah,
insaniah dan akhlakiah.
· Ghazwul Fikri
Ghazwul Fikri (Invasi pemikiran) adalah sebuah sarana
musuh-musuh Islam untuk memberangus nilai-nilai Islam lewat media-media mereka yang tersebar di
tengah-tengah umat Islam. Seperti media cetak, elektronik dan audio visual.
Bisa kita lihat pandangan pornografi di semua lini media diatas. Mulai dari
iklan, film, buku, kaset dan situs yang ada di tengah-tengah ummat. Ghazwul fikri ini dilakukan dengan tujuan untuk
mencuci otak para generasi muslim dengan pemikiran-pemikiran yang destruktif
negatif.
Target
dan sasaran ghazwul fikri
Adapun sasaran dan target ghazwul fikri bisa dikonklusikan sebagai
berikut.
- Mencegah ruh Islam tersebar keseluruh persada bumi
Ø
Menyebarkan
berbagai kebohongan tentang syari’at Islam
Ø
Mengangkat
segi-segi kelemahan yang ada diberbagai negara Islam dan membebankannya kepada
Islam
Ø
Memberikan
gambaran bahwa Islam agama kekerasan dan pertumpahan darah
Ø
Menampilkan
berbagai keistimewaan Islam sebagai kelemahannya
Ø
Menuduh
Islam merusak daya cipta dan kecerdasan pengikutnya
Inilah ungkapan-ungkapan mereka tentang Islam;
Misionaris Takly berkata, “..Kita harus menjelaskan kepada
umat Islam bahwa apa yang benar di dalam Al-Qur’an bukanlah sesuatu yang baru. Akan tetapi sesuatu yang baru di dalam Al-Qur’an belumlah tentu benar.”
Orientalis Perancis berkata, “Agama Muhammad adalah semacam
penyakit lepra yang mewabah dan dapat memusnahkan umat manusia secara dahsyat. Siapa yang menganut Islam maka ia akan ditimpa penyakit lemah dan malas…”
Sebagian yang lain berkata, “Kuburan Muhammad bagaikan aliran
tiang listrik yang mengalirkan arus kegilaan ke dalam jiwa orang-orang Islam.
Hal inilah yang menyebabkan mereka melakukan hal-hal aneh; seperti
mengulang-ulang kata “Allah” tanpa batas, dan menghidupkan kebiasaan lama
seperti mencaci daging babi,
alkohol dan musik…”
B. Menghancurkan Islam dari dalam
Mereka menikam Islam dari dalam dengan menggunakan budak-budak atau
antek-antek mereka untuk menebarkan pemikiran-pemikiran yang negatif
destruktif. Dengan menggunakan anak-anak negeri jajahan, diharapkan ghozwul
fikri bisa berjalan mulus tanpa ada rintangan yang berarti. Sebagaimana yang
kita saksikan dewasa ini tentang gerakan feminisme yang berkembang diberbagai negara Islam yang seolah-olah tidak rela akan
kodratnya yang diciptakan beda dengan pria. Mereka mendengungkan slogan
emansipasi wanita yang sesungguhnya adalah eksploitasi wanita yang berlebihan
dan bertentangan dengan fitrah
wanita itu sendiri.
Anehnya dalam Konferensi International Kependudukan dan Pembangunan yang
diadakan di Kairo pada tahun 1994, Konferensi yang didukung oleh Barat dan PBB
memutuskan sebuah resolusi yang aneh dalam membatasi jumlah penduduk dengan
cara-cara sebagai berikut;
ü Melegalisasi aborsi
ü Mengusulkan kebebasan sex education dan sex information
ü Mendorong hubungan seksual ekstra-material
ü Mendukung ekonomi pasar penyebaran
alat-alat kontrasepsi
IV.
SOLUSI DARI BERBAGAI PROBLEMA
Untuk menghadapi berbagai problematika umat dewasa
ini, baik yang bersifat permanen dan inheren maupun yang bersifat kontemporer
karena faktor eksternal, maka seluruh Umat Islam harus membangun kembali
kesadaran akan agamanya dan mengaplikasikan nilai-nilainya dalam setiap dimensi
kehidupannya.
Ada tiga fokus yang sangat mendasar, dimana setiap
individu muslim harus memperbaiki dirinya dalam hal ini.
Pertama, Memiliki ilmu pengetahuan.
“…Katakanlah: "Adakah sama orang-orang
yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya
orang yang berakallah yang dapat menerima
pelajaran.” (QS
Az-Zumar: 9)
“…niscaya Allah akan meninggikan orang-orang
yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa
derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS Al-Mujaadilah: 11)
Imam Syafi’i berkata, “Sesungguhnya jati diri seorang pemuda—demi
Allah—ada dalam ilmu dan ketakwaannya.
Apabila keduanya tidak ada dalam dirinya, maka ia bukanlah pemuda sebenarnya.”
Kedua, Tarbiah secara kontinyu.
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; mereka
itulah orang-orang yang
beruntung.” (QS
Ali ’Imran: 104)
Ketiga,
Berjihad sepanjang masa.
“Hai orang-orang yang beriman, ruku'lah
kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat
kemenangan. Dan berjihadlah kamu pada
jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak
menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah) agama orang
tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari
dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al Qur'an) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi
atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia, maka
dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah.
Dia adalah Pelindungmu, maka Dialah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik
Penolong.” (QS
Al-Hajj: 77-78)
Akhirnya, kita hanya bisa berdoa dan berharap
semoga kita termasuk orang-orang yang memulai untuk berbenah diri dalam
menghadapi berbagai problematika ummat sekarang ini. Wallahu a’lam
bish-shawwab.